Mohon tunggu...
Bang Aswi
Bang Aswi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger Bandung | Kompasianer Bandung

Seorang penggila olahraga, tukang ulin, dan desainer yang menggemari dunia kepenulisan. Aktif sebagai pengurus #BloggerBDG dan konsultan marketing digital | Kontak: bangaswi@yahoo.com | T/IG: @bangaswi ... ^_^

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Wisata Rohani dan Eco-Resort di Pulau Bintan (Catatan 2)

3 November 2015   10:09 Diperbarui: 3 November 2015   14:42 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selepas meninggalkan Pulau Penyengat dan sudah Bertemu Keluarga Baru di Bintan, rombongan Kompasianer segera bergerak dengan cepat. Bukan apa-apa, mereka tidak kehilangan momen mengunjungi salah satu vihara yang disebut sebagai vihara terbesar di Asia Tenggara. Memang, kota Tanjung Pinang didiami oleh warga keturunan Tionghoa yang dianggap terbanyak di Indonesia. Mereka hidup rukun dan damai selama ratusan tahun dengan suku apa saja yang menjadi pendatang. Ada beberapa vihara di Pulau Bintan seperti Vihara Tien Shang Miao (Vihara Akar), Dharma Sasana (Kelenteng Senggarang), dan Vihara Ksitigarbha Bodhisattva yang dikenal sebagai vihara seribu patung. Nah, salah satu vihara yang berhasil dikunjungi dan untung saja belum ditutup (karena telah lewat pukul 17.00) adalah Vihara Avalokiteswara Graha.

Vihara ini terletak kurang lebih 14-15 kilometer dari pusat kota Tanjung Pinang, tepatnya Batu 14 di Kelurahan Air Raja, di sebelah kiri perlintasan jalan utama Tanjung Pinang - Tanjung Uban. Salah satu ciri khas saat memasuki gerbangnya yang mewah adalah kebun buah naga di depan perkarangannya. Setelah diresmikan oleh Menteri Agama pada Juni 2009, Vihara Avalokiteswara Graha dinobatkan sebagai vihara terluas di Asia Tenggara. Di dalamnya juga terdapat sebuah patung Dewi Kwan Im berlapis emas 22 karat dengan ketinggian 16,8 meter. Patung ini juga dinobatkan sebagai patung terbesar di Asia Tenggara. Oya, selain kebun buah naga yang luas, vihara ini terjaga dengan desain taman yang indah. Terlihat adanya beberapa patung Buddha yang terbuat dari batu, berjejer tepat di bawah tangga yang menuju kuil.

Para Kompasianer mendapat berkesempatan untuk berfoto dengan seorang biksu yang sudah berusia lanjut. Beliau didatangkan langsung dari Tiongkok sehingga hanya bisa berbahasa Mandarin, dan terlihat tampak senang dengan kehadiran kami. Bagi siapa pun, khususnya yang beragama Buddha, mengunjungi vihara adalah salah satu bentuk wisata rohani yang wajib masuk list. Sosok itu menyaksikan sendiri bagaimana seseorang melakukan ibadahnya di vihara dengan melakukan beberapa ritual yang tidak dipahaminya. Paling tidak ia memahami bahwa orang tersebut memanjatkan doa-doa kebaikan bagi dirinya maupun keluarganya. Sosok itu juga sempat terpesona oleh ukiran pada tiang-tiang yang menyangga kuil, hingga kemudian terpaksa harus meninggalkannya dengan segera. Kumandang azan Maghrib terdengar di luar sana, sehingga rombongan #BlogTrip yang didampingi oleh Kementerian Pariwisata harus segera melanjutkan perjalanan.

Cahari olehmu akan sahabat, yang boleh dijadikan obat | Cahari olehmu akan guru, yang boleh tahukan tiap seteru | Cahari olehmu akan kawan, pilih segala orang yang setiawan ~ Gurindam Fasal yang Keenam karya Raja Ali Haji

KEINDAHAN KONSEP NIRWANA GARDENS

Selepas menyaksikan keemasan patung Dewi Kwan Im, kesenyapan semakin meliputi perjalanan para Kompasianer. Efeknya ... lelah semakin menjadi dan akhirnya meninabobokan sebagian dari mereka. Sosok itu sendiri tanpa sadar langsung terlelap entah dalam hitungan menit atau mendekati hitungan jam. Perjalanan jauh dari Bintan bagian selatan menuju utara memang jauh. Jalan berkelok dan kegelapan di sekeliling jalan karena pemukiman penduduk yang semakin menghilang, membuat dirinya lebih memilih untuk memejamkan mata. Hanya pada bagian tertentu saja matanya bisa membuka, itu pun hanya karena terkejut pada belokan tajam atau rem mendadak. Kalau siang hari, akan melihat beberapa tanah gundul dengan warna merahnya. Itulah tanda bahwa banyak kandungan bauksit (bahan dasar pembuatan aluminium) pada tanah tersebut. Hingga akhirnya bus dari Kementerian Pariwisata berhenti di depan lobi areal Nirwana Gardens pada sekira pukul 19.00, tepatnya di Nirwana Resort Hotel. Ini adalah bagian dari Bintan Resort yang ada di Pulau Bintan.

Nirwana Gardens adalah surga tersembunyi dengan konsep 5 (lima) pengalaman menginap yang berbeda dalam berlibur. Kelebihannya adalah luas area yang mencapai 330 hektar yang diisi dengan daratan tropis, pantai yang bersih, dan juga tentu saja air laut yang menggoda mata. Jangan khawatir dengan hak perut, wisata kuliner di sana sudah lengkap bersama 12 tempat makan yang berbeda konsep. Di sana ada The Kelong Seafood Restaurant, Pool Bar, Dino Bristo, The Poolside Restaurant, Caswell's Coffee, The Coffee Shop, Spice Restaurant, Mayang Sari Beach Hut, Baan Aarya Thai Restaurant, Rin Japanese Restaurant, La Luna Private Dining Function, dan Makan-Makan. Dijamin hanya bisa berucap, "Salam kenyang!" Begitu pula dengan fasilitas tempat rapat yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Setelah lelah seharian dengan berbagai aktivitas outdoor yang begitu lengkap, siapa pun bisa relaksasi dengan fasilitas spa atau cukup berendam saja di bathtub. Enjoy your life.

Setelah mendapatkan welcome drink berupa minuman jahe yang menyegarkan, sosok itu disandingkan dengan Wahyu Satriyo Wicaksono di kamar 2219. Bersama blogger dari Batam itu, dia menempati sebuah kamar Deluxe, kamar standar dengan dua tempat tidur terpisah. Di dalamnya terdapat fasilitas kulkas mini, hair dryer, telepon, TV LCD layar datar dengan channel satelit, wi-fi gratis, dan juga fasilitas membuat kopi/teh. Dia sendiri langsung ke kamar mandi untuk menyegarkan diri. Ada bathtub, tetapi dirinya lebih memilih shower untuk mandi. Total ada 64 Deluxe Rooms yang tersedia dengan harga S$375 per malam. Kalau mau yang lebih murah, ada 61 Superior Rooms dengan tarif S$325 per malam. Keesokan harinya, para Kompasianer juga diajak oleh pihak Nirwana Gardens untuk melihat-lihat Deluxe Premier Rooms yang berjumlah 86. Bedanya dengan tipe Deluxe adalah tidak adanya bathtub, namun lebih mahal dengan harga S$425 per malam. Mengapa lebih mahal?

Ternyata oh ternyata karena Deluxe Premier Rooms memiliki pintu rahasia yang bisa berhubungan dengan Nirwana Suites. Kedua jenis kamar ini juga memiliki view cantik, yaitu kolam renang dan pantai. Ada 29 Nirwana Suites dengan fasilitas satu tempat tidur yang luas, sofa, meja kaca bundar dengan tiga kursi rotan. Sesuai lah dengan budget S$750 per malam. Meski ada satu pintu yang bisa menghubungkan kedua kamar tersebut, tetapi bisa disewa terpisah dan terjaga privasinya karena pintu penghubung itu didesain kedap suara. Mau yang lebih unik atau berbeda dari kamar hotel standar? Ada. Nirwana Gardens menyediakan Banyu Biru Villas (S$700-800 per malam) dengan konsep vila dua tingkat di tepi danau, takjauh dari Nirwana Resort Hotel. Ada Nirwana Beach Club (S$150 per malam) berupa cabana dengan konsep arsitektur kampung. Benar-benar mengingatkan pada kampung halaman. Ada juga Mayang Sari Beach Resort (S$325-375 per malam) dengan konsep vila-vila terpisah di depan pantai. Jelas lebih privasi. Namun yang paling privasi dan terbilang mewah adalah Indra Maya Villas (S$1500-7000 per malam) dengan kolam renang pribadi. Katanya, SBY dan keluarganya pernah menginap di sini. Perbedaan harganya berdasarkan luas area mulai dari 350-750 meter persegi. Itulah 5 (lima) pengalaman menginap berbeda dalam berlibur.

For your information, meski semua harga di atas ditetapkan dengan mata uang dolar Singapura, sejak setahun ini pemerintah memberlakukan peraturan bahwa semua transaksi harus dilakukan dengan menggunakan mata uang rupiah. Jadi, para turis wajib menukarkan uangnya di money changer dari dolar Amerika atau Singapura dengan rupiah. Gaji yang diterima pegawai pun otomatis juga berubah, dari dolar menjadi rupiah. Begitulah. Air di Nirwana Gardens juga sudah didesain agar bisa diminum langsung sehingga kalau kehausan tinggal buka kran saja. Limbah air dipergunakan kembali untuk menyiram tanaman atau keperluan lainnya. Inilah konsep eco-resort mereka.

NONTON ATRAKSI GAJAH ATAU MAU NEMBAK?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun