Mohon tunggu...
Bang Aswi
Bang Aswi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger Bandung | Kompasianer Bandung

Seorang penggila olahraga, tukang ulin, dan desainer yang menggemari dunia kepenulisan. Aktif sebagai pengurus #BloggerBDG dan konsultan marketing digital | Kontak: bangaswi@yahoo.com | T/IG: @bangaswi ... ^_^

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Aku Bangga sebagai Orang Indonesia

25 September 2012   15:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:42 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Surat dan Latihan Menulis

Sejak beberapa tahun ini, kantor pos di seluruh dunia mengeluhkan kian sedikit orang yang mengirimkan surat, karena orang lebih seronok mempergunakan surat elektronik dan SMS yang jatuhnya lebih cepat dan lebih murah. Lebih praktis pula karena tidak usah pergi ke kantor pos membeli prangko dan lain-lain. Beberapa belas tahun sebelumnya yang mengeluh adalah kantor telegram, sehingga banyak yang ditutup (atau semua kantor telegram sudah ditutup?), karena setelah ada faks orang lebih suka menggunakan faks daripada telegram.

Penemuan teknologi baru kian mempermudah orang untuk melaksanakan keperluannya. Akan tetapi, akibat dari penemuan komputer yang memungkinkan mengirimkan surat elektronik dan penemuan telepon genggam yang memungkinkan mengirimkan SMS tidaklah hanya terhadap kantor pos, melainkan juga kepada kebiasaan dan keterampilan orang menulis surat. Menulis surat adalah latihan untuk mengemukakan pikiran (dan perasaan) dengan kalimat-kalimat yang jelas, cerdas, dan indah. Menulis surat juga merupakan latihan menggunakan bahasa tertulis secara tertib.

Masalahnya, menulis surat elektronik atau SMS, orang tidak perlu lagi menggunakan bahasa yang tertib. Entah bisa jadi dengan alasan dibatasi oleh sejumlah karakter tertentu, menulis surat elektronik atau SMS jadi terbiasa disingkat—yang sebenarnya belum umum digunakan orang lain. Dengan demikian, menulis surat elektronik atau menulis SMS tidaklah melatih orang untuk berbahasa secara baik dan jelas, jangankan indah. Kebiasaan itu niscaya akan ada pengaruhnya terhadap kemampuan orang dalam berbahasa.

Dengan penemuan teknologi canggih, kemampuan orang Indonesia berbicara atau menulis niscaya kian rendah lagi, apalagi ditambah dengan kemampuan membaca yang juga terlihat semakin rendah. Teknologi canggih bukan membantu orang Indonesia agar dapat mengemukakan pikirannya dengan baik, jelas, dan runtun, melainkan kian kacau, karena semboyannya “asal dapat dimengerti”. Janganlah bermimpi bahasa nasional kita akan menjadi bahasa dunia. Apalagi, kalau kita sebagai bangsa yang mempunyainya tidak memiliki kebanggaan terhadapnya. Terbukti, kita enggan mempelajarinya, enggan membacanya, dan bersikap tidak peduli terhadapnya. Bahkan, kalau menggunakannya selalu diselingi dengan kata-kata atau kalimat-kalimat bahasa Inggris.

Kesimpulan dari semua tulisan di atas itu mengerucut pada satu pertanyaan yang sangat sederhana. Tidakkah Anda bangga sebagai orang Indonesia?[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun