Tepat pada tanggal 7 Desember 2022, SMP Negeri 4 Samarinda resmi melakukan perjalanan pertama dalam rangka kunjungan kerja lapangan atau KKL yang diselenggarakan selama tiga hari yakni terhitung sejak 7 hingga 9 Desember 2022.Â
Hampir 800 orang siswa beserta guru-guru terlibat dalam acara yang baru diadakan tahun ini. Bertajuk 'wisata belajar', tentu ada tujuan dan maksud besar mengapa kegiatan tersebut diadakan.Â
Salah satunya adalah untuk memberikan hal-hal edukatif yang bermanfaat terkait sejarah Kalimantan Timur dengan mengunjungi tempat-tempat wisata bersejarah yang ada di Kalimantan Timur. Adapun tempat yang dikunjungi pada kegiatan tersebut adalah Museum Tenggarong dan Pulau Kumala.
Waktu tempuh yang dibutuhkan untuk akses menuju dua tempat wisata tersebut kurang lebih 2,5 hingga 3 jam perjalanan dengan menggunakan kapal wisata yang dikenal dengan sebutan 'Pesut Bentong'.Â
Kapal wisata yang mampu mengangkut hampir 180 penumpang tersebut merupakan salah satu dari banyak kapal wisata yang ada di Samarinda bahkan salah satu yang cukup familiran bagi warga Samarinda.Â
Menikmati perjalanan dengan menyaksikan hamparan aliran sungai khas dari Mahakam, barisan rumah warga di pinggir sungai, area-area tambang Batu Bara, serta beberapa jembatan ikonik khas Samarinda menjadi pemandangan yang wajib diabadikan saat berwisata menggunakan kapal wisata.
Perjalanan yang diadakan selama satu hari tersebut dibagi ke dua tempat, tempat pertama yang dikunjungi adalah Museum Tenggaring, dan kedua adalah Pulau Kumala.Â
Mendengar nama pulau Kumala mungkin saya sedikit ingat bahwa tempat tersebut memang ikonik dan khasnya Kota Tenggarong. Hijau bersih, Penyewaan Sepeda, terdapat semacam kuil atau candi khas kesultanan Kutai, Patung Lembuswana, Home Stay di tengah pulau, dan lainnya menjadi sajian yang wajib dinikmati.Â
Akan tetapi semua seakan berubah saat kaki saya pertama kali menginjaki kesekian kalinya di pulau tersebut. Ada yang aneh memang dari kejauhan, beberapa yang aneh dan tak biasa saya lihat adalah dermaga atau pelabuhan sandar yang kumuh tak terawat, gazebo yang rusak, beberapa taman yang terendam, homestay yang terbengkalai, jalan-jalan yang sudah mulai tertutup semak belukar, tempat penangkaran burung yang rusak, fasilitas berfoto yang sudah tak layak digunakan, dan masih banyak lagi adalah pemandangan sepat yang saya dan bahkan wisatawan lain nikmati.
Terbengkalainya tempat wisata Pulau Kumala memang menjadi sebuah hal yang mengejutkan. Padahal jika kita kaji bersama, tempat wisata sendiri adalah salah satu sektor pendapatan daerah yang amat penting dalam meningkatkan pendapatan daerah serta membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang ekonomi.Â