Pernahkah anda menabung? Sejak usia berapakah anda mulai untuk menabung? Jika kita memelajari lebih jauh tentang situasi perekenomian sebuah keluarga, tentu banyak faktor yang menyebabkan sebuah keluarga dapat sejahtera selain bonus previlage yang dimiliki oleh kedua orang tua. Sebagai sebuah contoh di negara berkembang misalnya, Indonesia memiliki tatanan masyarakat yakni dari segi latar belakang ekonomi yang berbeda. Tentu istilah kaya, miski, dan kelas menengah menjadi kata-kata yang familiar digunakan dan didengarkan dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun jika dilihat secara garis besar dapat kita simpulkan masyarakat yang hidup di negara Indonesia dapat dikatakan hidup berkecukupan, namun tak dapat dipungkiri masalah kemiskinan, disparitas sosial, perbedaan kelas masyarakat, dan permasalahan lain yang muncul akibat dari buruknya pengelolaan kebijakan menjadi pemicu timbulnya permasalahan seperti maraknya kriminalitas akibat himpitan ekonomi, kelangkaan BBM, meningkatnya harga kebutuhan bahan pokok, permasalahan dalam bidang pendidikan, isu-isu SARA, hingga permasalahan lingkungan senantiasa akrab dengan negara berkembang.Â
Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS)Â yang dirilis tahun 2022, jumlah masyarakat miskin di Indonesia menurun jika dibandingkan dengan tahun lalu yakni pada tahun 2021. Hingga bulan Maret 2022, BPS mencatat angka kemiskinan telah mencapai angka 26,16 juta orang atau 9,54% dari total jumlah penduduk di Indonesia. Â Data tersebut menunjukkan penurunan jumlah dari tahun sebelumnya yakni pada tahun 2021 yang mencatat jumlah masyarakat miskin menyentuh angka 27,54 juta orang di Indonesia. Ada penurunan sebesar 1,38 juta orang miskin dalam rentan waktu 1 tahun sejak 2021. Alasan utama jumlah masyarkaat miskin meningkat pada tahun 2021 tak lain adalah salah satunya disebabkan efek dari pandemi covid-19Â yang puncaknya terjadi di tahun 2021.
Berdasarkan paparan data itulah, perlu kiranya kita sebagai masyarakat ikut berperan dalam hal mensejahterakan hidup diri dan keluarga melalui peningkatan kulitas diri seperti kompetensi, keterampilan, dan lain sebagainya baik secara mandiri maupun yang diakomodasi oleh suatu lembaga agar permasalahan pelik dalam bidang ekonomi dapat diminimalisasi. Di sinilah peran dari penanaman konsep menabung sejak dini dianggap penting. Usia anak-anak menjadi salah satu fase yang cocok digunakan sebagai pemicu dalam upaya mengembangkan dan menanamkan konsep menabung yang baik bagi mereka. Hal tersebut menjadi salah satu upaya juga untuk membantu mempersiapkan masa depannya kelak terutama bagi sebagian dari kita yang hidup dengan taraf atau kelas ekonomi menengah ke bawah. Lantas, seperti apakah konsep menabung yang relevan bagi anak? Dan bagaimana caranya agar anak dapat memahami arti penting dari kebiasaan menabung sejak dini?
Konsep Menabung SederhanaÂ
Perlu kita ketahui dan pahami bersama, bahwasannya menabung bukan berarti kita menerapkan hidup pelit kepada orang lain. Melainkan, kita perlu mengedukasi kepada anak bahwa menabung bukan semata-mata hanya tentang berhemat. Melainkan kita belajar memilih dan memilah mana kebutuhan, keinginan, dan prioritas dalam kehidupan. Misalnya, jika dulu waktu anak-anak kita sering dijanjikan oleh kedua orang tua bahwa jika kita berkeinginan untuk memiliki sesuatu misalnya barang atau makanan, kita harus menyisihkan sebagian dari uang saku untuk membeli apa yang kita inginkan. Menamkan secara sederhana pemahaman tentang uang merupakan alat tukar guna mendapatkan sebuah barang tertentu. Maka dari itu, jika kita ingin memiliki barang tersebut kita harus memiliki jumlah uang yang cukup untuk menukar barang yang memiliki harga tertentu. Jika anak telah memahami secara sederhana tentang bagaimana membeli dan memperoleh eskrim, mereka akan terbiasa menabung untuk keperluan yang lebih besar di masa depan.
Bermain Sambil Menabung
Bermain permainan jadul yakni monopoli mungkin secara tidak langsung dapat mengedukasi kepada anak bahwa membeli suatu barang dan jasa harus menyesuaikan dengan harga dan ada transaksi sehat yang perlu dipahami di dalamnya. Selain itu, kita bisa ajarkan anak di rumah atau siswa di kelas untuk menggunakan uang palsu yang didapatkan di pasar-pasar untuk dapat digunakan dalam permainan transaksi antara penjual dan pembeli. Memberikan penjelasan bahwa dalam transaksi jual beli ada yang namanya pemberian uang kembalian atau angsul. Anak dapat diajarkan untuk membiasakan menyimpan sisa uang kembalian agar dikumpulkan dan nantinya dapat dibelikan suatu barang yang lebih penting dan dibutuhkan.
Menggunakan Celengan Harga 10 ribuan
Membiasakan anak untuk menyisihkan uang saku di celengan atau wadah kaleng makanan yang tak  dipakai dapat mengajarkan anak untuk konsisten serta mampu mengelola sendiri keuangan dari kebiasaan menabung di celengan. Anak-anak atau peserta didik dpat kita ajarkan untuk konsisten misalnya setiap hari si anak harus menyisihkan sisa uang saku sebesar seribu rupiah untuk dapat ditabung di dalam celengan. Setelah itu, anak akan terbiasa untuk terus menabung dengan jumlah yang kecil. Selain menggunakan celengan, kita juga dapat membiasakan anak untuk belajar menabung di bank. Saat ini, banyak layanan perbankan yang telah menyediakan program menabung bagi si anak. Salah satunya simpanan pelajar dan tabungan anak. Dengan begitu, sebagai orang tua selain kita mengajarkan kepada anak tentang pentingnya menabung, anak juga akan terasah kemampuan dalam memahami keadaan ekonomi khususnya dalam keluarga.
Tak Memberikan Segala yang anak inginkan
Sebagai orang tua atau guru tentu kita harus mampu memilih dan menentukan mana kebutuhan, prioritas, atau yang sekedar keinginan. Termasuk segala apa yang anak inginkan. Misalnya saja ketika si anak usia SMP sudah menginginkan sebuah sepeda motor sebagai kendaraan. Memang jika dilihat dari keberanian dan postur si anak sudah dapat dikatakan sesuai untuk berkendara. Namun, di sisi usia ia belum memenuhi syarat untuk dapat berkendara di jalan raya. Belum lagi aturan hukum menjadi batasan nyata yang mengatur seseorang dapat dikatakan layak untuk berkendara di jalan raya. Nah, alternatif lain kita sebagai orang tua dapat mengantarkan si anak jika ke sekolah, atau membelikan ia sepeda agar nantinya dapat digunakan sebagai sarana transportasi  dan tentunya menyehatkan.
Itulah beberapa cara yang dapat dilakukan oleh kita selaku guru maupun orang tua di rumah untuk dapat membiasakan anak memahami arti penting dari kebiasaan menabung. Selamat berkarya dan semoga Indonesia dapat menjadi bangsa yang sejahtera yang tak bergantung dengan negara lain.Â
#SalamLiterasi
#GuruMuda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H