Pertemuan Luhut Binsar Pandjaitan pada bulan April lalu dengan Elon Musk terkait pembahasan tentang electric vehicle atau mobil listrik, renewable energy, dan B20 menjadi buah bibir di kalangan para akademisi dan pemerhati lingkungan.Â
Rencana pemerintah untuk dapat  membuat dan menghasilkan sendiri baterai berbahan dasar nikel demi tujuan menjadi pemasok nikel terbesar di dunia kerap menimbulkan tanda tanya besar.Â
Mengapa hal tersebut begitu diprioritaskan? Apakah kendaraan listrik mampu menjadi pengganti sepadan dari ruwetnya permasalahan tentang  kelangkaan bahan bakar di Indonesia akhir-akhir ini?Â
Bagaimana nasib masyarakat yang berada dalam kelas ekonomi ke bawah yang harus berjuang bertahan hidup sambil berani mempertaruhkan kesehatan hidupnya akibat terkena limbah perusahaan?
Untuk menjawab beberapa pertanyaan tersebut, kita coba memulai pembahasan dari pertanyan apa yang sebenarnya terjadi dengan Pulau Obi?
Kepualauan ObiÂ
 Pulau Obi merupakan salah satu pulau terbesar yang terletak di gugusan kepulauan Obi. Dengan nama lain yang yakni Pulau Obiora, pulau Obi menjadi salah satu destinasi wisata bagi masyarakat Indonesia yang berada di Provinsi Maluku Utara.Â
Pulau Obi juga merupakan bagian dari Kabupaten Halmahera Selatan. Secara administratif, Pulau Obi berbatasan langsung dengan Provinsi Maluku d sebelah selatan  dan Provinsi Papua Barat sebelah Timur.Â
Jumlah penduduk di Pulau Obi sebanyak 42.774 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 15 jiwa/km2 (Disdukcapil, Halmahera Selatan, 2010).Â