Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang Guru Muda, ASN, lulusan Universitas Mulawarman tahun 2020, Pendidikan, Biografi, sepakbola, E-sport, Teknologi, Politik, dan sejarah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Ligue 1 dan Bundesliga, Mengapa Dua Liga Ini Tak Begitu Menarik?

28 April 2022   15:05 Diperbarui: 30 April 2022   17:00 1682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasik/gambar/ArdiBP)

Di saat Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, dan Liga Belanda masih belum dapat ditentukan dengan pasti siapa yang bakal meraih gelar juara dan siapa yang harus tertunduk lesu di akhir musim, Justru hal sebaliknya ditunjukkan oleh dua kompetisi  berbeda yang ada di negara Prancis dan Jerman. 

Hal tersebut bukan tanpa alasan, pasalnya Liga Jerman yang telah memainkan pekan ke-31nya musim ini baru saja memastikan satu nama yang akan dinobatkan sebagai jawara sekaligus mendapat tempat kehormatan untuk mengadakan pesta bersama para fansya. 

Ya, Bayern Munchen memastikan gelar Bundesliga Jerman ke-10nya musim ini secara beruntun setelah pada pertandingan pekan ke-31 berhasil mengalahkan rival bebuyutannya di final Liga Champions Musim 2012-2013 yakni Burussia Dortmund dengan skor meyakinkan 3-1. Tiga gol Die Roten dicetak Serge Gnabry, Robert Lewandowski, dan Jamal Musiala. 

Sementara satu gol Dortmund dicetak Emre Can melalui sepakan pinalti. Dengan hasil tersebut Bayern Munchen berhasil menjadi kampiun walaupun laga Bundes Liga masih menyiskakan 3 pertandingan akan tetapi poin Bayern secara matematis tak mampu dikejar oleh para pesaing terdekatnya termasuk Borussia Dortmund.

Sementara di Liga yang berbeda, salah satu kontestan Liga Prancis yakni Paris Saint Germain berhasil mengunci gelar Liga Prancis musim 2021-2022 setelah pada pertandingan di pekan 34 Sergio Ramos dan kolega bermain imbang melawan Lens dengan skor 1-1. Satu gol Lionel Messi di menit 68' berhasil disamakan oleh Corentin Jean di menit 88'. 

Walaupun pekan masih menyisakan 4 laga sisa, gelar juara sudah dapat dipastikan berada di genggaman PSG dengan raihan 78 Poin unggul 13 poin atas Marseile yang berada di posisi kedua. 

Dua gelar yang berhasil diraih oleh dua klub papan atas eropa tersebut tak mengherankan jutaan pasang mata pecinta sepak bola di seluruh dunia, mengapa? 

Karena dua liga tersebut terkenal dengan persaingannya yang tak terlalu kompetitif dan hanya menjadi panggung bagi dua klub besar yang dari tahun-tahun sebelumnya selalu menunjukkan dominasinya baik dari segi finansial dan kualitas pemain yang dimiliki. 

Lantas, apa yang membuat dua kompetisi tersebut tak begitu menarik bagi para pecinta sepak bola?

Bayern Munchen dan PSG masih terlalu perkasa

Kedikdayaan dua klub penguasa dari dua Liga yang berbeda tersebut dalam beberapa tahun terakhir, memang tak dapat diragukan lagi. Di mulai dari Bayern Munchen, mereka berhasil menjadi penguasa Liga Jerman dalam waktu 10 tahun musim terakhir pasca Dortmund sempat mendominasi kompetisi Bundesliga pada musim 2010-2011 higg 2011-2012, Bayern tak pernah sekalipun merasakan posisi Runer-up. 

Mantan Klub Olivier Kahn ini kerap memunculkan dan menciptakan pemain-pemain berkualitas dan berlabel bintang di setiap generasinya, mula dari Bruno Labbadia, Olivier Kahn, Hasan Salihamidzic pada era 90-an, hingga duo winger mematikan yang ada dalam diri Arjen Robben dan Frank Riberry.

Penyerang tersubur Bundesliga Robert Lewandowski, hingga talenta-talenta muda yang siap bersaing di masa depan seperti Jamal Musiala, Alphonso Davis, Jossua Kimich, dan masih banjyak lagi.

Hasil dari kepemilikan para pemain-pemain berkualitas tersebut dapat kita saksikan saat ini, Bayern sangat sulit dijegal di kompetisi domestik. 

Geliat transfer yang mereka tunjukan nyatanya tak mampu juga disaingi oleh tim-tim yang berada di bawahnya macam Borussia Dortmund, Bayern Leverkusen, Wolfsburg, sampai tim yang sekarang justru sedang terpuruk yakni Schalke.

Di Liga Prancis kondisi persaingan juga tak jauh berbeda. Sejak Paris Saint Germain diakuisisi oleh konglomerat asal Qatar yakni Nasser Al-Khelaifi pada 2011. PSG bertransformasi menjadi tim raksasa dengan segudang pemain bintang yang direkrut hanya dengan kemampuan uang. 

Klub yang didirikan pada 1970 ini, mampu merajai kompetisi domestik Liga Prancis sejak musim 2011-2013, 2014-2015, 2015-2016, 2017-2018, hingga musim terbaru yakni 2021-2022. 

Walaupun, dominasi PSG sempat digangu oleh dua pesaingnya yakni Monaco yang berhasil menjuarai Liga Prancis musim 2016-2017, dan Lille di musim 2020-2021. 

Nyatanya, tetap saja tak memengaruhi dan mengubah kualitas persaingan dari liga Prancis. Dominasi PSG masih terlalu kuat dengan segudang pemain bintang yang mereka miliki, salah satu hal yang memperkuat pernyataan tersebut adalah selisih poin di akhir musim yang begitu jauh antara sang juara yakni PSG dengan pesaingnya di peringkat dua ataupun di bawahnya.

Persaingan sesungguhnya Memperebutkan tiket Kompetisi Eropa 

(Ilustrasik/gambar/ArdiBP)
(Ilustrasik/gambar/ArdiBP)

Peta persaingan yang cenderung kurang merata menyebabkan setiap tim yang ada di posisi papan tengah tabel persaingan mesti melakukan perubahan dan bersaing di musim liga selanjutnya. 

Di Liga Jerman misalnya, jika kita hanya melhat dominasi Bayern Munchen, justru hal tersebut dapat dikesampingkan terlebih dahulu jika kita ingin menyaksikan dan menikmati sajian dari beberapa klub promosi dan klub papan tengah yang mampu bersaing guna mendapatkan jatah di kompetisi eropa. 

Pendatang baru yang tampak nyata mampu berbicara banyak bahkan menyaingi dominasi Bayern Munchen di Bundesliga seperti RB Leipzig salah satunya. 

Di tiga musim terakhir, club berlabel produk Red Bull tersebut mampu menjadi runner-up Bundesliga d musim 2020-2021. Bahkan di liga champions musim 2019-2020, RB Leipzig berhasil melaju hinga babak semifinal Liga Champions sebelum dikalahkan PSG dengan skor 3-0.

Di Liga Prancis, persaingan sengit justru terjadi antara peringkat dua hingga 7 klasemen. 

Ditambahnya jatah kompetisi eropa pasca diluncurkannya Uefa Conference League memberikan motivasi tersendiri bagi tim-tim medioker beserta pesaing terdekat dari PSG semacam Marseile, Lille, AS Monaco, Lyon, Rennes, dan Nice. 

Tim-tim tersebut berjuang dan bersaing bukan hanya memperebutkan gelar juara, tetapi mati-matian memperebutkan satu tiket di kompetisi eropa di musim selanjutnya.

Membajak Pemain Top dari klub rival

Alasan terakhir yang mungkin menjadi penyebab kurang menariknya kompetisi Liga Prancis dan Liga Jerman adalah kebijakan transfer dari klub besar dan kaya raya macam PSG dan Bayern serta klub big four di masing-masing liga seperti Dortmund, Leverkusen, Leibzig, AS Monaco, Marseile, dan Lyon. 

Misalnya di liga Jerman pasa musim 2013 misalnya, Bayern Munchen pernah merampungkan rekrutan anyar mereka dari Dortmund yakni Mario Goetze seharga 37 juta euro. 

Dengan harga tersebut, Goetze berhasil menjadi pemain dengan bandrol transfer termahal kedua di Jerman setelah Mesut Ozil yang direkrut Arsenal dari Real Madrid.

Bermain luar biasa di Dortmund hingga mampu membawa Dortmund meraih trofi bergengsi seperti gelar Bundesliga dan DFB Pokal dan mampu membawa Dortmund ke Final UCL musim 2013 nyatanya tak mampu diulangi pemain bertinggi badan 176 cm tersebut kala telah berseragam Bayern Munchen. 

Selama 3 musim di Bayern. Pemain yang sekarang berusia 29 tahun tersebut hanya mampu membukukan 73 penampilan dengan menyumbangkan 22 gol. 

Tak hanya itu, Bayern juga pernah mendatangkan pemain lainnya dari klub rival seperti Mats Hummels, Robert Lewandowski, Dayot Upamechano, dan lainnya.

PSG pernah melakukan transfer dengan cara membajak pemain dari klub rivalny yakni AS Monaco. Penampilan AS Monaco pada musim 2016-2017 menjadi panggung menawan dari pemain asal Prancis yang pernah meraih trofi Piala Dunia diusia 19 tahun yakni Kylian Mbappe. Membawa AS Monaco menjuarai Ligue 1 pada musim tersebut, nampaknya membuat PSG tertarik untuk mendatangkannya. 

Benar saja, berawal dari masa peminjaman pada tanggal 31 Agustus 2017. PSG berhasil mempermanenkan pemain yang dujuluki titisan Thiery Henry tersebut dengan bandrol hampir 180 juta euro. 

Ia adalah rekrutan terbaik yang bertahan hingga saat ini, Mbappe mencatatkan debut pada 8 September 2017 kala PSG menang 5-1 atas Metz di Liga Prancis. 

Hijrahnya Mbappe ke PSG, menjadikan PSG sempat mendapatkan dana segar untuk untuk dimanfaatkan. Akan tetapi hingga saat ini mereka belum menemukan pemain yang setara dengan Mbappe.

Ditambah lagi beberapa pemain bintang yang memilih hengkang seperti Bernardo Silva ke Man City, James Rodriguez ke Real Madrid, Fabinho ke Liverpool, semakin menyulitkan Monaco untuk kembali menyaingi PSG pada perburuan juara Liga Prancis hingga saat ini.

Jika ada pendapat terkait dengan mengapa Liga Jerman dan Liga Prancis tak begitu menarik penikmat sepak bola silakan tulis di kolom komentar.

#SalamLiterasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun