Peta persaingan yang cenderung kurang merata menyebabkan setiap tim yang ada di posisi papan tengah tabel persaingan mesti melakukan perubahan dan bersaing di musim liga selanjutnya.Â
Di Liga Jerman misalnya, jika kita hanya melhat dominasi Bayern Munchen, justru hal tersebut dapat dikesampingkan terlebih dahulu jika kita ingin menyaksikan dan menikmati sajian dari beberapa klub promosi dan klub papan tengah yang mampu bersaing guna mendapatkan jatah di kompetisi eropa.Â
Pendatang baru yang tampak nyata mampu berbicara banyak bahkan menyaingi dominasi Bayern Munchen di Bundesliga seperti RB Leipzig salah satunya.Â
Di tiga musim terakhir, club berlabel produk Red Bull tersebut mampu menjadi runner-up Bundesliga d musim 2020-2021. Bahkan di liga champions musim 2019-2020, RB Leipzig berhasil melaju hinga babak semifinal Liga Champions sebelum dikalahkan PSG dengan skor 3-0.
Di Liga Prancis, persaingan sengit justru terjadi antara peringkat dua hingga 7 klasemen.Â
Ditambahnya jatah kompetisi eropa pasca diluncurkannya Uefa Conference League memberikan motivasi tersendiri bagi tim-tim medioker beserta pesaing terdekat dari PSG semacam Marseile, Lille, AS Monaco, Lyon, Rennes, dan Nice.Â
Tim-tim tersebut berjuang dan bersaing bukan hanya memperebutkan gelar juara, tetapi mati-matian memperebutkan satu tiket di kompetisi eropa di musim selanjutnya.
Membajak Pemain Top dari klub rival
Alasan terakhir yang mungkin menjadi penyebab kurang menariknya kompetisi Liga Prancis dan Liga Jerman adalah kebijakan transfer dari klub besar dan kaya raya macam PSG dan Bayern serta klub big four di masing-masing liga seperti Dortmund, Leverkusen, Leibzig, AS Monaco, Marseile, dan Lyon.Â
Misalnya di liga Jerman pasa musim 2013 misalnya, Bayern Munchen pernah merampungkan rekrutan anyar mereka dari Dortmund yakni Mario Goetze seharga 37 juta euro.Â
Dengan harga tersebut, Goetze berhasil menjadi pemain dengan bandrol transfer termahal kedua di Jerman setelah Mesut Ozil yang direkrut Arsenal dari Real Madrid.