Mohon tunggu...
Musafir Pandhawa
Musafir Pandhawa Mohon Tunggu... Guru - SD Negeri 2 Ambalresmi, Kebumen

saya adalah seseorang yang ingin bisa berguna bagi diri sendiri dan orang lain, namun belum tahu apa yang bisa diberikan untuk orang lain

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Merdeka Tanpa Terpaksa

27 Januari 2023   08:54 Diperbarui: 27 Januari 2023   08:59 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belajar Merdeka Tanpa Terpaksa

Hal-hal yang sudah selaras dengan pendidikan yang memerdekakan antara lain bahwa pendidikan didasarkan pada kesukarelaan dan tanpa paksaan. Pendidikan dengan sukarela akan membuat siswa lebih bisa menggali potensinya. Siswa tidak akan merasa terbebani oleh tugas-tugas dari guru mereka yang justru semakin membelenggu kreativitas siswa dalam menjalani proses belajarnya.

Pendidikan yang dilakukan oleh guru juga harus mempertimbangkan perkembangan zaman agar anak mendapat pengalaman belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Perkembangan zaman menuntut seorang guru haruslah mampu memberi bekal kepada siswa-siswa mereka untuk menghadapi persaingan global di abad 21 ini.

Setiap siswa itu unik dengan segala karakteristiknya. Ada siswa yang lebih menyenangi pembelajaran dengan cara mendengarkan, ada yang lebih suka dengan cara melihat secara visual, ada juga siswa yang menyukai pembelajaran dengan video ada juga siswa yang menyukai pembelajaran dengan beragam aktivitas. Hal ini harus diperhatikan oleh guru agar kebutuhan siswa-siswanya di dalam kelas terpenuhi.

Sering kita temui, guru masih banyak mendominasi kegiatan belajar di kelas. Banyak Guru yang suka berceramah di depan kelas tanpa dia mengerti bagaimana perasaan siswa-siswa mereka . Guru itu menganggap bahwa dirinya sebagai sumber tunggal pengetahuan di kelas dan kebenaran satu-satunya berasal dari dirinya. Siswa tenang di kelas dijadikan acuan bahwa pembelajaran yang dilakukan telah berhasil.

Guru di sekitar kita juga masih banyak yang alergi dengan perubahan, terutama perubahan teknologi. Teknologi yang seharusnya menjadi alat untuk memudahkan pembelajaran kepada siswa justru dihindari karena dianggap menyusahkan. Parahnya lagi. pola pikir guru bahwa semua siswanya harus mencapai semua kompetensi yang disampaikan guru, dan harus mendapat nilai yang bagus di semua mata pelajaran.

Praktik-praktik pembelajaran konvensional dan kolot haruslah kita hilangkan. Eranya telah berganti, bahwa setiap siswa harus terbebas dari belenggu, pendidikan haruslah menyenangkan. Seorang guru selayaknya mampu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang disampaikan oelh Ki Hadjar Dewantara, anatara lain:

Ing Ngarsa Sung Tuladha yang artinya di depan. Maksud di depan yaitu seseorang harus bisa memberi teladan atau contoh. Teladan menjadi kata kunci kesuksesan dalam pembelajaran, sehingga ketika pembelajaran berlangsung seorang pendidik harus membimbing dan mengarahkan agar tujuan pembelajaran yang dipelajari siswa benar dan tepat.

Ing Madya Mangun Karsa yang artinya ditengah-tengah atau di antara seseorang bisa menciptakan prakarsa dan ide. Dalam hal ini guru memiliki peranan penting untuk menstimulasi atau memancing para siswa agar terciptanya prakarsa dan ide di dalam proses pembelajaran. Kehadiran guru dapat memfasilitasi dengan berbagai metode dan strategi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dengan itu, nantinya potensi siswa akan mudah terasah.

Tut Wuri Handayani yang artinya dari belakang seorang pendidik harus bisa memberikan dorongan dan arahan. Pada pengertian itu seseorang harus dapat mendorong orang yang dalam tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan secara berkelanjutan dalam pekerjaannya.

Anak bukan tabularasa

Teori tabula rasa ini menjadi salah satu asumsi dasar dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah kita pada saat ini. Dengan asumsi bahwa anak adalah sebuah kertas kosong, maka tugas utama guru dan proses pendidikan adalah mengisi kertas kosong itu dengan informasi-informasi (pelajaran) yang penting bagi anak-anak. Padahal hal tersebut tidak sepenuhnya tepat.

Bagiku, anak-anak adalah individu dengan segala sifatnya. Memang ada bagian individu pada anak-anak yang belum berkembang seperti orang dewasa. Tetapi, individu itu bukan kertas kosong yang pasif menerima apapun pengaruh dari lingkungannya.

Ketika kita memandang anak sebagai individu, itu akan membuat proses pendidikan yang kita lakukan berbeda dibandingkan jika kita memandang anak sebagai kertas kosong. Dengan memandang anak sebagai individu, kita lebih melibatkan anak dalam proses pendidikan untuk dirinya sendiri; kita mendengarkan dan memperhatikan pendapat mereka serta menjadikannya sebuah hal yang penting dalam proses pendidikan anak.

Analogi petani untuk menjelaskan kodrat anak

Pendidik dan peserta didik haruslah memiliki hubungan mutualisme yaitu sama-sama saling menguntungkan. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam yang membutuhkan tangan dingin guru yang diibaratkan sebagai petani. Walupun bibit itu adalah bibit unggul namun di tangan petani yang kurang perhatian maka pertumbuhan bibit itu tidak akan optimal. namun jika bibit itu bukan bibit yang berkualitas tapi dirawat oleh petani yang baik yang benar-benar memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan, maka bibit itu akan tumbuh dengan baik.

Menghamba Pada Anak

Menghamba pada anak dimaknai sebagai rasa penghargaan guru terhadap siswa sebagai manusia yang memiliki kodrat bawaan dari sang pencipta dan juga terlahir dari zaman yang dinamis. Siswa bisa merasa, berpikir, berkreasi sesuai dengan bakat dan minatnya. Tapi, juga berhak memiliki kebahagiaan dari proses belajarnya, bukan rasa terpenjara ketika mengikuti pembelajaran atau ketika mendapatkan didikan.

Memberi kebebasan, kemerdekaan pada anak dalam proses pendidikan bukan berarti bebas tanpa tuntunan. Akan tetapi, guru memerdekakan anak dari segala pilihan hidupnya sesuai potensi yang dimilikinya bukan atas kehendak guru menjadi manusia seperti dalam gambaran ideal guru dan orangtua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun