Mohon tunggu...
Rahmat Andriansyah
Rahmat Andriansyah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penikmat kopi, buku, dan rintik hujan dalam pelukan seseorang

Thinker

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Semarak Merdeka Belajar: Praktik Humanistik Baik dalam Episode

31 Mei 2023   22:57 Diperbarui: 31 Mei 2023   23:08 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Permasalahan pendidikan Indonesia tentu tidak terlepas dari kualitas mutu yang diiringi dengan kendala pemerataan, seperti penjelasan hasil asesmen PISA pada paragraf di atas. Selain itu, muncul juga permasalahan terkait hasil belajar yang dirasa perlu melihat aspek keberfungsian peserta didik di masyarakat, khususnya terkait pengetahuan dan keterampilan yang didapat. Masalah-masalah ini juga ditambah dengan kebutuhan membentuk karakter siswa sesuai konteks Budaya Indonesia.

Memang episode-episode yang sudah ditayangkan belum sempurna memberikan jawaban atas masalah-masalah pendidikan yang kita hadapi. Namun produk-produk tersebut menunjukkan adanya inovasi dari pemerintah untuk mereformasi bidang pendidikan dalam mengejar ketertinggalan. Perlu peran serta semua pihak untuk memahami konsep-konsep Merdeka Belajar, menerapkannya dalam kegiatan pendidikan, sampai dengan proses evaluasi yang bisa jadi akan mendorong mereka bekerja lebih keras.

Humanistik dalam bidang Pendidikan

Pendekatan yang dilakukan dalam Merdeka Belajar dalam perspektif psikologi merupakan satu bentuk penerapan pendekatan humanistik dalam dunia pendidikan. Dalam perspektif pendekatan ini, pendidikan bersifat bebas nilai dan mampu membebaskan masyarakat dari ketidakmampuan. Melalui pendidikan manusia menyadari bahwa di luar dirinya ada berbagai hal yang perlu dipikirkan, diolah, sampai dengan dimaknai.

Dalam implementasi pendidikan yang humanistik, peran guru dimaknai tidak berbeda dengan siswa. Guru harus terlibat dalam proses pemikiran, pengolahan, sampai pemberian makna yang dilakukan bersama-sama siswa. Guru harus menyadari bahwa dirinya adalah media untuk membangun karakter siswanya, sehingga kemudian mereka mampu mengembangkan eksistensi dan kapasitas diri sebagai manusia.

Dengan menempatkan diri sebagai seorang yang humanistik, guru harus memenuhi persyaratan melebihi dari sekadar fasilitator belajar. Guru harus mampu membangun suasana belajar yang kondusif, membangun kelompok-kelompok pembelajar, menghargai perbedaan individual, sekaligus mampu menghubungkan sumber-sumber pembelajaran yang layak bagi proses tersebut. Sangat berbeda jauh melampaui peran tradisional seorang pengajar selama ini.

Tantangan Merdeka Belajar

Memang penerapan konsep Merdeka Belajar terlihat sangat mudah. Kesan utama muncul pada pemberian akses sebebas-bebasnya pada peserta didik sesuai kemampuannya. Guru yang tidak lagi terlalu dibebani tugas administratif. Namun bukan berarti semua pihak hanya membawa diri untuk menempuh pendidikan.

Instrumen pendukung dalam belajar harus terlengkapi. Sumber-sumber pengetahuan harus merata di setiap satuan pendidikan. Semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan siswa harus dapat mengakses sumber tersebut. Dalam konteks Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, berbagai suku budaya, dan tingkat sosial-ekonomi. Hal ini sudah disadari oleh Kemendikbudristek dengan beberapa episode yang membahas anggaran pendidikan sampai dengan platform belajar.

Kemudian sumber daya manusia dan organisasi pendukung dipersiapkan dalam bentuk Guru dan Sekolah Penggerak. Pihak-pihak ini penting untuk menjamin bahwa proses belajar akan sesuai dengan target dan perencanaan. Namun jaminan ini perlu ditingkatkan menjadi kebijakan yang lebih luas melibatkan berbagai unsur pemerintahan, sehingga mampu mendorong pihak-pihak lain seperti orang tua siswa, tokoh-tokoh, dan masyarakat umum, untuk terlibat dalam Merdeka Belajar.

Satu lagi yang menjadi faktor terpenting dalam pendekatan humanistik dalam pendidikan adalah motivasi siswa. Dalam hal ini, motivasi yang mampu mendorong perilaku belajar pada siswa. Jika motivasi ini gagal berkembang pada diri siswa, proses belajar dipastikan tidak akan berlangsung.

Ada persyaratan mendasar bagi siswa agar proses belajar dapat berlangsung, yaitu:

  • Siswa harus bertanggung jawab dalam memulai pembelajaran, dimana siswa harus menghargai proses belajar. Selain itu, peserta didik harus aktif memilih materi dan keterampilan apa yang akan dipelajari dan berkomitmen atas prosesnya.
  • Melalui refleksi diri yang kritis, siswa menemukan celah antara diri yang nyata dan diri yang ideal, serta mampu obyektif jika ada nilai, sikap, dan tempramen diri yang tidak ideal.
  • Siswa harus meningkatkan keterampilan interpersonal dalam beberapa hal, yaitu: Komunikasi; Empati terhadap nilai, perhatian, dan kebutuhan orang lain; Penghargaan terhadap pendapat lain yang bertentangan, serta; Terbuka terhadap sudut pandang yang berbeda. Dengan demikian siswa mampu menemukan cara menyesuaikan nilai dan keyakinan dirinya dengan kondisi masyarakat.

Merdeka Belajar adalah sebuah alternatif pendekatan pendidikan. Produk dalam bentuk episode-episode tematik merupakan bentuk jawaban atas permasalahan pendidikan di Indonesia. Produk yang harus terus dikembangkan menjadi praktik baik bagi dunia pendidikan Indonesia dimana segregasi sangat berjarak. Tidak cukup melakukan perbaikan tunggal untuk permasalahan yang beragam, sehingga menjadi pekerjaan rumah semua pihak. Agar pendidikan Indonesia tidak tertinggal lagi melalui Semarak Merdeka Belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun