Mohon tunggu...
Rahmat Andriansyah
Rahmat Andriansyah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penikmat kopi, buku, dan rintik hujan dalam pelukan seseorang

Thinker

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Semarak Merdeka Belajar: Praktik Humanistik Baik dalam Episode

31 Mei 2023   22:57 Diperbarui: 31 Mei 2023   23:08 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berawal pada tahun 2019, konsep Merdeka Belajar mulai diperkenalkan dalam ranah pendidikan Indonesia. Konsep ini ditawarkan sebagai suatu formula untuk memperbaiki kualitas pendidikan kita yang saat itu dinilai tertinggal. 

Ketertinggalan ini berdasarkan hasil asesmen oleh PISA (Programme for International Student Assessment) yang diterbitkan tahun 2018, sebagai suatu kegiatan evaluasi sistem pendidikan yang diikuti tujuh puluh negara. Hasil penilaian tahun itu, Indonesia mengalami penurunan pada bidang-bidang penilaian (membaca, matematika, dan sains), dimana bidang membaca mengalami penurunan yang paling tajam.

Beberapa catatan ketertinggalan yang didapatkan dari hasil PISA 2018 menjadi perhatian bagi Kemendikbud pada saat itu, yaitu tujuh dari sepuluh siswa berusia lima belas tahun memiliki kompetensi literasi di bawah standar minimal. 

Dimana mereka hanya mampu memahami informasi dari bacaan pendek dengan prosedur sederhana. Selain itu, terdapat juga kesenjangan mutu pendidikan. Temuan ini terlihat dari hasil yang didapat dari sampel Provinsi DKI Jakarta dan DI Yogyakarta yang reratanya lebih tinggi 35 poin dari rerata nasional (lihat Infografis PISA 2018).

Kemendikbud memilih strategi untuk mengajak siswa terlibat dalam pengajaran membaca sebagai alternatif solusi untuk mengatasi kondisi tersebut. Dalam strategi ini dilakukan revisi metode umum guru-guru sebelumnya, yaitu membaca nyaring dan menyalin isi bacaan, yang diketahui tidak efektif meningkatkan pemahaman dan kemampuan menangkap hal penting dalam bacaan. Tentu strategi ini baru dapat dilihat hasilnya pada hasil asesmen PISA tahun 2022 yang seharusnya dilakukan tahun 2021, namun diundur karena situasi pandemi. (Informasi terkait PISA dapat diakses di laman OECD berikut)

Ide Merdeka Belajar tidak terlepas dari pemikiran Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Pendidikan dalam perspektif Ki Hajar Dewantara harus berdasarkan pada asas kemerdekaan. 

Ide ini tidak terlepas dari pengalamannya yang melaksanakan kegiatan pendidikan di sebuah wilayah jajahan. Dalam ide merdeka, manusia pada dasarnya bebas untuk mengatur kehidupannya selama sesuai dengan norma dan nilai sosial yang berlaku. Dengan demikian, pendidikan seharusnya menciptakan peserta didik berjiwa merdeka, baik lahir, batin, dan tenaganya. 

Ki Hajar Dewatara menggunakan istilah among, yang berarti dalam proses pendidikan harus dilakukan dengan tujuan mengasuh. Pengasuhan yang dilakukan oleh guru kepada siswanya, tanpa dibenarkan adanya hukuman di dalam prosesnya. 

Pelarangan ini dengan alasan bahwa hukuman dan paksaan hanya akan menghilangkan kemerdekaan dan mematikan kreativitas siswa (lihat Menilik Konsep Merdeka Belajar Menurut Ki Hajar Dewantara).

Tren merdeka belajar sampai tahun 2023

Sampai dengan tulisan ini ditayangkan, sudah ada 24 episode Merdeka Belajar yang diluncurkan Kemendikbudristek. Episode ke-24 mengangkat tema "Transisi PAUD ke SD yang menyenangkan" yang diantaranya menjelaskan keterampilan dasar anak untuk melanjutkan pendidikan serta peran penting berbagai pihak demi kelancaran proses pendidikan tersebut. Pengembangan tiap-tiap episode terlihat organik, menyesuaikan permasalahan yang muncul dalam implementasi kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan Indonesia. (Episode Merdeka Belajar dapat diakses di laman Kemendikbud berikut)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun