Mengapa para pelaku politik itu melakukan kampanye hitam? Melihat sejarah yang terjadi pada Pilpres 1999, 2004, 2009 dan 2014 Â bisa disimpulkan bahwa kampanye negatif biasanya dilakukan karena tidak yakin menang sebelum bertarung. Mereka sadar bahwa lawan mereka lebih mempesona, sulit dikalahkan secara fair play dan head to head. Sehingga pada akhirnya mereka mencari-cari bahkan menciptakan bau busuk lawan tersebut dan menyebarnya kemana-mana.
Padahal kalau memang punya keyakinan akan  menang, mereka bisa memancarkan pesona yang dimiliki tanpa harus melakukan pembohongan publik atau menunggu lawan politik tergelincir.
Pipres 17 April 2019 nanti kembali diikuti 2 orang Capres tahun 2014, Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Mari kita tidak membunuh pesona mereka karena keduanya adalah aset bangsa tempat rakyat (terutama konstituennya) menaruh harapan untuk kehidupan lebih baik. Jangan racuni kecerdasan rakyat dalam menentukan pilihan dengan berita-berita negatif dan penyelewengan fakta. Â Siapakah diantara Jokowi atau Prabowo yang terpilih menjadi Presiden RI berikutnya, suara mayoritas rakyat yang menentukan.
Jangan rasis, jangan main kasar mencelakai lawan, pendukung tak usah bikin rusuh!, buktikan saja siapa yang paling mempesona dilapangan supaya rakyat akan memberikan dukungan.
Kita tentu ingin menyaksikan permainan yang cantik dan memuaskan. Namanya Pesta Demokrasi maka seharusnya kita bergembira dan bersenang hati.
 Hidup Indonesia!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H