Mohon tunggu...
Bang Komar
Bang Komar Mohon Tunggu... -

Palang Pintu

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Ratna Sarumpaet Gagal Jadi Marsinah

24 Oktober 2018   13:30 Diperbarui: 24 Oktober 2018   13:33 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ratna Sarumpaet mengaku dipukuli dan diinjak, oleh sebagian orang itu dipercaya. Ternyata kemudian oleh Ratna itu diakui adalah bohong, oleh sebagian orang itu dipuji sebagai bentuk kejujuran.

Apakah Ratna Sarumpaet Jujur? Mari kita bercerita tanpa baper dan tanpa keberpihakan karena pilihan politik.

Ketika pertama kali muncul berita Ratna Sarumpaet mengalami penganiayaan, respon dari pemikiran saya adalah mungkin saja itu terjadi karena persoalan pribadi atau persoalan perdata.

Selanjutnya, ketika melihat ada photo wajah lebam sementara kejadiannya lebih dari seminggu yang lalu, saya bertanya "apa bekas pemukulan lebih dari seminggu seperti itu?"

Pada saat muncul berita bahwa pemukulan itu terkait politik, saya sangat tidak percaya. Saya tidak percaya karena yang terpikir adalah Ratna Sarumpaet tokoh terkenal yang suka mengkritik penguasa.Tidak mungkin cara-cara amatir dilakukan terhadap tokoh sekaliber Ratna.

Saya membandingkan apa yang menimpa Ratna Sarumpaet dengan   kejadian para pengkritik lainnya. Seperti, Marsinah dan Udin alias Fuad Muhammad Syafruddin yang meninggal di zaman Rezim Orde Baru serta Munir yang meninggal di Zaman Reformasi.

Menurut otak saya, tidak mungkin penguasa atau pemerintah atau pihak yang dikritik Ratna Sarumpaet melakukan penganiayaan seperti cara-cara Orde Baru karena saat ini kepedulian terhadap HAM sangat tinggi, rekayasa kejahatan sangat sulit dilakukan dan peralatan untuk pengungkapan kejahatan sangat canggih.

Kalau penguasa ingin membungkam atau menghabisi Ratna Sarumpaet maka cara yang dipilih adalah lebih halus dari cara menghabisi Munir. Karena keberanian Ratna Sarumpaet levelnya sama dengan Munir bahkan mungkin lebih. Luhut Binsar Panjaitan, seorang Jenderal dan Menko saja dilawan! itu menurut otak saya.

Bahkan saya juga berpikir, kalau persoalan pribadi pun maka saya yakin Ratna tidak akan dikasari seperti itu tetapi mungkin seperti kasus Kopi Sianida, atau mungkin seperti yang menimpa Putri Diana.

Pemikiran-pemikiran itu yang membuat saya meragukan bahkan cenderung tidak percaya bahwa Ratna Sarumpaet dianiaya penguasa.

Oleh karenanya, saya terus memplototi media online untuk mengikuti perkembangan berita tentang itu.

Sampai ketika klimaksnya, Ratna Sarumpaet mengakui telah berbohong saya tidak mempercayai itu adalah sebuah kejujuran, saya melihat pengakuan itu karena terpaksa. Mengapa?

Dalam pengakuannya, Ratna mengatakan bahwa dia mulai sadar telah melakukan bohong setelah dia shalat malam (selasa malam).

Pernyataan ini yang saya nilai tidak jujur melainkan terpaksa karena dia sampaikan Rabu sore setelah polisi mengungkapkan bukti-bukti bahwa Ratna Sarumpaet Berbohong (Rabu siang).

Mungkin Ratna Sarumpaet ingin jadi Simbol Pengkritik Penguasa yang teraniaya dan terinspirasi Kasus Marsinah yang pernah dia perankan dalam teater, tetapi dia gagal karena berada di zaman now.

Lubuk Basung, 4 Oktober 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun