Mohon tunggu...
Jayani
Jayani Mohon Tunggu... wiraswasta -

Smart thinking

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gagalnya Kampanye Anti Rokok

29 Agustus 2015   13:40 Diperbarui: 29 Agustus 2015   13:40 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Saya teringat sebuah anekdot yang kerap menjadi pembenaran bagi setiap perokok seperti yang saya kutip dibawah ini.

PR : Perokok
BP : Bukan Perokok

PR mengeluarkan sebungkus rokok dari kantung celananya bermaksud untuk menawarkan kepada orang sebelahnya
PR : Mau rokok mas?
BP : oh tidak,, terimakasih
BP merasa tergugah, dan ingin memberi arahan kepada si PR supaya tidak merokok, lantas mulailah si BP mengawali pembicaraan
BP : sehari habis berapa batang rokok mas?
PR : Biasanya sih 2 bungkus
BP : sebungkus harganya berapa mas?
PR : 10.000 BP : mas udah berapa tahun ngerokok?
PR : kurang lebih 20 tahun
BP : begini saya kasih gambaran, 1 bungkus harganya 10ribu, satu hari mas habis 2 bungkus, jadi 20.000. kalo satu bulan jadi 20.000 x 30 = 600.000. jadi kalo satu tahun berarti 600.000 x 12 = 7.200.000 , kalo anda udah 20 taun ngerokok berarti 7.200.000 x 20 = 144.000.000.. wahh seharusnya kalo mas gak merokok udah bisa beli mobil tuh!
PR : saya juga kasih gambaran!
BP : silahkan
PR : mas perokok atau tidak? BP : tidak. itu haram bagi saya
PR : LAH? NAPE LO NAIK BUS? MOBIL LO MANA???
BP : $#^@ X!!? + == D @^-*(%)

Saya mencermati anekdot itu ternyata merupakan realita yang mungkin terjadi di kehidupan nyata. Bagaimana tidak ketika saya mendapati keluhan dari seorang teman yang berhasil berhenti merokok seperti pembicaraan antara saya dan teman saya berikut ini:

Saya: Kenapa bro kusut amat?

Mr. X: Pusing bro, pengeluaranku membengkak setelah berhenti merokok?

Saya: Kok bisa?

Mr. X: iya bro lu bayangin untuk pengeluaran snack aja sehari melebihi 5 bungkus rokok, sedangkan gw gak bisa konsentrasi kalo gak ada cemilan, lu liat aja sekarang badan gw melar.

Saya : ya imbangi dengan olahraga dong!

Mr. X : Ya itu juga udah gw lakuin, malah ikut fitnes segala. tapi imbasnya apa pengeluaranku makin membengak

Para komunitas anti tembakau giat-giatnya mensosialisasikan kampanye anti rokok. Kegiatan itu sejatinya menghasilkan dampak positif bagi kesehatan namun sepertinya sampai saat ini belum bisa menyadarkan prilaku masyarakat  akan pentingnya kampanye anti rokok itu. Jumlah perokok di Indonesia ternyata masih belum menurun seperti yang diharapkan.

menurut penelitian terbaru dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), sebuah organisasi riset global di Universitas Washington, jumlah pria perokok di Indonesia meningkat dan menempati peringkat kedua di dunia dengan 57% di bawah Timor Leste 61%.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok terbanyak se-Asia Tenggara dengan jumlah perokok 51,1 persen dari total penduduknya.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, tambahnya, prevalensi perokok menurut pendapatan, yakni pendapatan termiskin sebesar 43, 8 persen. Sedangkan pendapatan terkaya sebesar 29,4 persen.

Kenapa itu bisa terjadi?

Mungkin beberapa poin ini menyebabkan kegagalan dari kampanye anti Rokok tersebut:

1. Pendekatan yang salah

Dalam setiap kampanyenya para penggiat anti rokok terlalu menyusur kalangan menengah ke atas, dengan sosialisasi dengan bahasa orang berilmu tinggi layaknya orang mepromosikan bisnis MLM. 

2. Ditakut-takuti dengan penyakit akibat rokok

Dalam kenyataannya para perokok adalah orang golongan menengah kebawah, pendekatan dengan cara tersebut kurang efektip. Dengan entengnya perokok menjawab "ah... itu mah penyakit orang kaya..kita mah apa atuh penyakit nya paling pilek.

3. Standar ganda pemerintah.

Disatu sisi pemerintah mencanangkan hari anti tembakau, tapi disatu sisi pemerintah takut kehilangan devisa dari cukai tembakau. 

 

Itu menurut saya loh.......

Salam Kompasiana

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun