menurut penelitian terbaru dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), sebuah organisasi riset global di Universitas Washington, jumlah pria perokok di Indonesia meningkat dan menempati peringkat kedua di dunia dengan 57% di bawah Timor Leste 61%.
Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok terbanyak se-Asia Tenggara dengan jumlah perokok 51,1 persen dari total penduduknya.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, tambahnya, prevalensi perokok menurut pendapatan, yakni pendapatan termiskin sebesar 43, 8 persen. Sedangkan pendapatan terkaya sebesar 29,4 persen.
Kenapa itu bisa terjadi?
Mungkin beberapa poin ini menyebabkan kegagalan dari kampanye anti Rokok tersebut:
1. Pendekatan yang salah
Dalam setiap kampanyenya para penggiat anti rokok terlalu menyusur kalangan menengah ke atas, dengan sosialisasi dengan bahasa orang berilmu tinggi layaknya orang mepromosikan bisnis MLM.Â
2. Ditakut-takuti dengan penyakit akibat rokok
Dalam kenyataannya para perokok adalah orang golongan menengah kebawah, pendekatan dengan cara tersebut kurang efektip. Dengan entengnya perokok menjawab "ah... itu mah penyakit orang kaya..kita mah apa atuh penyakit nya paling pilek.
3. Standar ganda pemerintah.
Disatu sisi pemerintah mencanangkan hari anti tembakau, tapi disatu sisi pemerintah takut kehilangan devisa dari cukai tembakau.Â