Mohon tunggu...
Money Pilihan

Pemafaatan Data Berbasis Spasial dalam Upaya Menjaga Potensi Perikanan Nasional

13 Januari 2016   22:37 Diperbarui: 13 Januari 2016   22:37 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan kawasan negara Kepulauan terbesar di dunia. Letak Kepulauan Indonesia yang berada di wilayah Tropis juga mendukung iklim dan kondisi perairan yang cukup baik untuk habitat bagi berbagai macam komoditas perikanan seperti ikan, udang, lobster, dan lain sebagainya. Dengan luas wilayah laut yang lebih dari 75% dari keseluruhan wilayah Indonesia membuat potensi sumberdaya perikanan Indonesia sangatlah besar Dengan wilayah yang cukup luas, peranan data spasial sangat dibutuhkan untuk mendukung pengelolaan perikanan nasional. Data spasial adalah data yang berbasis keruangan baik secara dua dimensi atau tiga dimensi. Tampilan data secara spasial tentu saja berupa sebuah sistem informasi geografis atau biasa kita sebut peta.

Salah satu indkator yang menentukan sumber daya perikanan adalah kualitas perairan. Setiap jenis biota laut termasuk ikan juga memiliki karakteristik tersendiri terhadap kondisi kualitas air sebagai habitatnya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan biodiversitas yang cukup tinggi tentu memiliki tingkat kualitas perairan yang cukup baik untuk berbagai jenis biota laut. Data kualitas perairan tersebut secara umum bisa ditampilkan secara spasial atau berbasis keruangan. Dengan membuat data kualitas air sacara spasial tentu saja kita dapat membuat peta sebaran berbagai jenis biota laut di selurug kawasan Indonesia. Dengan memiliki peta potensi perikanan secara spasial, maka hal tersebut dapat membantu pemerintah dalam upaya menjaga kestabilan perikanan nasional. Salah satu upaya yang dapat dibuat adalah dengan konservasi perikanan, dimana dengan diketahui peta sebaran sumber daya perikanan tersebut, maka akan diketahui pula peta sebaran biota-biota yang dianggap sudah mulai langka dan layak untuk dilakukan konservasi.

Saat ini sudah banyak platform yang memberikan data kualitas perairan yang berbasis spasial seperti hasil data insitu WOA (World Ocean Atlas), citra satelit (Modis, Landsat, Alos, dll), serta data hasil modelling (Indeso data). Dari ketiga data tersebut tentu saja data insitu adalah jenis data yang memiliki tingkat akurasi paling tinggi. Sayangnya saat ini di Indonesia masih sangat sedikit data insitu terutama untuk kondisi kualitas perairan. Begitu pula untuk data model yang salah satunya dikembangkan di Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL) yakni berupa data INDESO (Infrastructure Development of Space and Oceanography). Namun data model tersebut adalah hanya berupa pendekatan dengan tingkat resolusi yang cukup rendah yakni 1/9 degree (12 km). Saat ini masih sangat jarang pihak atau instansi yang mengembangkan data model kualitas air di wilayah perairan Indonesia, hanya BPOL saja yang mengembangkan untuk seluruh wilayah perairan Indonesia. Hal tersebut akan membuat kerja BPOL menjadi sangat berat jika membuat model kualitas perairan di Indonesia dengan tingkat resolusi yang cukup tinggi. Platform yang terakhir adalah menggunakan metode penginderaan jauh dengan pemanfaatan citra satelit. Sayangnya semua citra satelit yang digunakan adalah milik pihak asing karena Indonesia masih belum memiliki satelit untuk pemantauan kondsii kualitas perairan di Indonesia.

Saat ini pemanfaatan data spasial khususnya untuk bidang perikanan masih sangat sedikit dipergunakan. Hanya masih sedikit instansi saja yang saat ini mengambangkan data berbasis spasial untuk pemetaan potensi perikana salah satunya adalah BPOL. Namun di produk yang dikembangkan di BPOL masihlah sedikit misal PPDPI (Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan). Salah satu produk BPOL yang saat ini sedang dimanfaatkan adalah peta pergerakan kapal ikan di Indonesia yang membantu kinerja pemerintah dalam mengurangi dampak pencurian ikan. Salah satu penyebab kurangnya pemanfaatan data spasial adalah minimnya sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dalam pekerjaan tersebut. Dengan wilayah perairan yang cukup luas, seharusnya Indonesia harus memiliki banyak ahli-ahli yang memiliki kompetensi dalam bidang pemetaan sumber daya perikanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun