Mohon tunggu...
Subandri Simbolon
Subandri Simbolon Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pribadi peziarah dalam dunia yang penuh Misteri. Sedang menempuh Studi di Sekolah Pascasarjana UGM. Center for Religious and Cultural-Studies

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sapu Lidi dan Nasionalisme ala Rudy, Wali Kota Solo

11 Juni 2013   11:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:13 1609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_266973" align="aligncenter" width="390" caption="Ilustrasi/Admin (Tribunjogja.com/Iqrob Didik Irawan)"][/caption]

Di tengah merosotnya semangat nasionalisme warga Indonesia, FX Hadi Rudyatmo Wali Kota Solo hadir dengan memberikan satu contoh konkrit “Solo Menyapu”. Kegiatan ini dilakukan pada Sabtu (8/6). Ribuan warga di pagi itu bergerak bersama untuk bergotong royong membersihkan jalan-jalan protokol di Kota Solo. Dari antara mereka terlihat Pegawai Negeri Sipil (PNS), pelajar, warga masyarakat umum, instansi swasta, BUMN dan TNI. Pergerakan bersama ini seakan-akan berjalan begitu saja. Semua orang mengambil bagian dalam satu semangat bersama. Demi Solo yang bersih.

Kehadiran Wali Kota Solo memberi warna tersendiri dalam kegiatan pagi itu. Semangatnya untuk mengayunkan sapu di halaman Benteng Vastenburg menggerakkan semua warga untuk berkarya bersama. Dengan berpakaian kaus berkerah berwarna merah Rudy perlahan-lahan menggoyakan sapu lidinya. Sampah-sampah yang bertebaran di atas halaman itu terlihat taat pada perintah. Selama beberapa menit, keringat mulai membasahi kaus merah itu. Walau sudah berkeringat, semangat pemimpin kota itu tidak juga pudar. Apa lagi dia bekerja bersama dengan warganya. Semangat itu seakan semakin bertambah.

Kesatuan antara sapu dengan gerakan tangan Rudy terlihat jelas dalam ketulusannya. Dia memperhatikan sapu dan halaman yang harus dibersihkannya. Setiap batang lidi itu menggambarkan bagaimana rakyatnya bekerja bersama. Tidak ada sebatang pun dari sapu itu yang hanya tergantung diam dalam ikatan. Semua bergerak, semua serentak. Itulah gambaran rakyat Solo yang ikut berkarya di pagi itu. Seperti lidi yang diikat bersama, demikian juga warga Solo dari berbagai kalangan diikat oleh semangat nasionalisme.

Menjadi seorang yang nasionalis adalah harapan ibu pertiwi. Bumi yang memberikan kita hidup tidak boleh dieksploitasi secara membabi buta. Bumi harus dirawat. Itulah cara terbaik mencintai tanah air. Cinta tanah air tidak boleh hanya sebatas terikan dan wacana. Dibutuhkan tindakan nyata. Tindakan itu juga tidak dibutuhkan besok tetapi sekarang dan saat ini. Membuang sampah pada tempatnya bukan tindakan besok tetapi tindakan sekarang dan saat ini. Saat dimana semangat nasionalis itu bangkit untuk menjaga bumi melalui tindakan nyata.

Kegiatan Solo Menyapu adalah kegiatan mengabdi kepada Ibu Pertiwi. Secara serempak kegiatan ini telah dicanangkan sebagai tindakan bersama. Cara Rudy adalah dengan mengajak dan menyemangati warga. Mengajak warga untuk melihat kembali makna sapu lidi. Sapu lidi adalah simbol kebersamaan dalam membangun dunia. Rudy menegaskan, “Yang ingin kami sampaikan adalah filosofi dari sapu, yakni gotong royong sehingga timbul di benak warga Solo rasa memiliki kotanya, sehingga mau ikut merawat dan menjaga” (Tribun Jateng, Minggu Wage 9/6 2013). Terlintas jelas dalam perkataan ini bahwa lidi dan nasionalisme adalah dua hal yang sangat dekat dalam semangat Rudy.

Tindakan nyata yang dilakukan oleh Wali kota Solo bersama warganya ini merupakan tindakan yang harud ditiru oleh semua orang di Indonesia. Saat ini semangat cinta tanah air semakin merosot. Hampir semua warga pesimis dengan Indonesia saat ini. Hampir semua tindakan pemerintah yang diberitakan sama sekali tidak menunjukkan semangat cinta tanah air. Demikian juga warganya. Korupsi, penebangan pohon, penambangan liar, penggundulan hutan, membuang sampah sembarangan dan tindakan lainnya menjadi contoh konkrit penghancuran bumi. Kegiatan Solo Menyapu hadir untuk menentang habitus buruk itu. Sang pelopor Solo Menyapu ini mengajak Indonesia untuk bergerak bersama menjadikan Indonesia sebagai negara yang semakin damai untuk kita huni. Dari Solo untuk Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun