Pengaruh Penggunaan Teknologi Gawai terhadap Perkembangan Anak

FTIK-UNISNU, Riyan Yusuf Pratama, 191310004331, 4 PAI A3

Pendahuluan

Perkembangan atau pertumbuhan adalah masa yang dilalui setiap orang, mulai dari lahir sampai orang tersebut menjadi tua, sampai ia meninggalkan dunia. Masyarakat umum meyakini bahwa setiap orang setidaknya harus melalui tiga masa perkembangan atau pertumbuhan, yaitu masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa atau usia tua.

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia memiliki fitrah yang terkandung dalam diri setiap pribadinya, yaitu anugerah dari Tuhan sebagai syarat untuk menunaikan tugasnya sebagai khalifah. Sifat atau potensi yang diberikan tidak dapat dimanifestasikan oleh diri sendiri tanpa usaha orang. Setiap orang harus dapat menemukan dan menemukan potensi batinnya sendiri melalui tahapan atau periode yang akan dilaluinya, karena setiap orang akan melewatinya. 

Teknologi adalah hasil pengembangan potensi diri manusia, kemudian melepaskannya dan menjadikannya komoditas atau bentuk lain untuk membantu manusia bekerja dan mengurangi bebannya.

Berbeda dengan ciptaan Tuhan yang selalu sempurna, pekerjaan manusia selalu memiliki sisi buruk, namun sebagai makhluk yang diberi akal, manusia memiliki tanggung jawab untuk menghindari sisi buruk pekerjaan manusia dan memanfaatkannya.

Pembahasan

Pada hakikatnya, perkembangan itu sendiri merupakan pola perubahan yang dimulai dari konsepsi dan berjalan melalui seluruh siklus kehidupan (John W Santrock, 2007:7). Dengan kata lain, perkembangan adalah suatu proses pertumbuhan dari tahap pembuahan sampai akhir hayat. Meskipun dalam penggunaannya kedua istilah perkembangan dan pertumbuhan digunakan untuk hal yang berbeda, perlu ditegaskan bahwa pembangunan dan pertumbuhan merupakan dua entitas yang terpisah, namun pada hakikatnya keduanya tidak dapat berdiri sendiri-sendiri (Imam Hanafi, 2018: 86). Selain itu, perkembangan adalah perubahan yang sistematis, bertahap dan terus-menerus dalam kedewasaan atau tingkat kematangan yang dialami oleh individu atau organisme (Syamsul Yusuf, 2011:15).

Perspektif Baumrind (1991) tentang gaya pengasuhan juga dapat diperluas untuk mencakup guru (Bernstein, 2011). Seperti dalam hal pengasuhan, tindakan pengasuhan (pengelolaan kelas) guru dapat ditempatkan di sepanjang dimensi kontrol dan afektif. Yang pertama mengacu pada keinginan pendidik untuk mengontrol (secara fisik dan psikologis) perilaku anak-anak, dan yang terakhir mengacu pada cinta dan dorongan yang dimanifestasikan bagi siswa. Pendidik yang berwibawa menerapkan kontrol dalam batas wajar sambil menunjukkan kehangatan dan kasih sayang. Pendidik otoriter tidak cukup mengungkapkan kasih sayang dan mengontrol anak secara berlebihan. 

Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi merupakan bagian dari media pembelajaran yang dapat digunakan untuk aplikasi pembelajaran. Hal ini dapat memudahkan guru dalam mengelola dan menyampaikan informasi kepada siswa. Terkait dengan hal tersebut di atas, menurut Sadiman et al (1993:189-190), ada dua mode penggunaan media, yaitu: 1) Penggunaan media dalam setting kelas, dimana penggunaan media diintegrasikan ke dalam konteks kelas. pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu 2) Penggunaan media di luar kelas dalam situasi kelas Penggunaan ini dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu penggunaan bebas dan penggunaan terkontrol.

Penggunaan media semacam ini dapat memudahkan guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran langsung di dalam dan di luar ruangan. Hal ini dapat dioptimalkan dengan mempertimbangkan karakteristik perkembangan siswa.