Mohon tunggu...
Kohar Amir
Kohar Amir Mohon Tunggu... -

Tertarik masalah sosial dan politik. Benci politikus busuk dan koruptor

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

KPI vs Rafi Ahmad: Banyak Juga Masyarakat yang Suka

19 Oktober 2014   19:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:28 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernikahan artis Rafi Ahmad dan Nagita Slavina memang  tergolong luar  biasa. Bukan acaranya yang luar biasa, tetapi sorotan yang datang dari KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) lah yang membuat pernikahan kedua artis ini menjadi monumental.  Perhelatan akbar akad nikah keduanya juga  telah melahirkan  barisan penggemar dan barisan sakit hati/iri.  Persis seperti peristiwa naiknya Jokowi sebagai Presiden Indonesia. Yang mendukung tentu  akan memuji dengan segala argumentasinya, demikian pula  yang menolak pasti tidak kalah hebohnya.

Posisi KPI sebagai “yuri” pertelevisian dalam kasus ini, kentara sekali berpihak kepada barisan sakit hati. Ini bisa dilihat dengan alasannya yang sangat subyektif:

1.Program tersebut menurut KPI disiarkan dalam durasi waktu siar yang tidak wajar serta tidak memberikan manfaat kepada publik sebagai pemilik utuh frekuensi. Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas perlindungan kepentingan public (Merdeka.com, 17 Oktober 2014). Kenyataannya di media sosial banyak masyarakat yang berpendapat beda. Bahwa acara ini punya manfaat dari segi pelestarian budaya, dalam hal ini adalah budaya jawa dan sunda.

2.Program tersebut menayangkan seluruh prosesi pernikahan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina selama 2 hari berturut-turut. KPI Pusat menilai siaran tersebut telah dimanfaatkan bukan untuk kepentingan publik," demikian kata Ketua KPI Judhariksawan dalam rilis yang diterima merdeka.com, Jumat (17/10). Dalam kasus ini sebaiknya KPI menyertakan dasar hukumnya UU atau Peraturan pemerintah mana yang melarang penyiaran sebuah acara 2, 3, 4, atau 5 hari sekalipun. Pada acara piala Dunia yang disiarkan sampai berhari-hari dari pembukaan sampai penutupan tidak mendapat teguran dari KPI.

PERBEDAAN CARA PANDANG

Acara pernikahan Rafi Ahmad dan Nagita Slavina ini bisa menimbulkan berbagai macam penilaian tergantung darimana kita melihatnya.

Sebagai Tayangan Budaya:

Bagi orang yang berpikir positif  tayangan acara ini bisa dianggap sebagai sebuah perhelatan Budaya (Jawa dan Sunda). Mungkin bagi masyarakat yang sudah cuek dengan budaya Indonesia, maka apa yang dilakukan Rafi adalah pemborosan. Tetapi bagi masyarakat yang ingin tahu bagaimana pernikahan dalam kedua budaya ini, akan memperoleh informasi. Dalam hal ini Rafi dan Nagita hanyalah actor dalam prosesi budaya tersebut. Saya termasuk dalam kelompok ini. Saya menikah dengan wanita lain suku dan lain pulau serta menetap di pulau tempat asal isteri saya. Dengan tayangan ini anak saya bisa mengenal budaya asal Bapaknya. Karena actor dalam prosesi ini adalak artis terkenal, maka prosesnya lebih menarik untuk ditonton.

Sebagai Motivator Bagi Anak Muda.

Suka atau tidak suka, kita harus akui Rafi Ahmad adalah sosok yang luar biasa. Dalam usianya yang ke 27 tahun dia tidak saja menjadi anak muda yang sukses, memiliki relasi namun dia mampu menjadi tulang punggung bagi keluarganya setelah ayahandanya wafat. Pelajaran yang bisa diambil adalah kesuksesan tidak hanya  bisa diraih dengan gelar tinggi, koneksi  untuk memperoleh pekerjaan dan jabatan, namun dengan kerja keraspun orang bisa meraih sukses. Sebagai manusia tentunya dia tidak terlepas dari kesalahan. Dan itu adalah sebuah kewajaran. Bahkan seorang yang paham agamapun banyak yang terpuruk dalam dosa korupsi dan wanita. Namun bagaimana Rafi bangkit dari keterpurukannya adalah sebuah keberhasilan tersendiri.

Sebagai Panggung Pemborosan Dan Tidak Ada Manfaatnya.

Inilah yang mungkin menjadi pertimbangan KPI dan sebuah portal (Islampos). Namun dalah hal ini perlu dipertanyakan data apa yang dipakai KPI yang menyatakan acara ini tidak ada manfaatnya bagi masyarakat. KPI seharusnya menyadari, selalu ada yang pro dan kontra dalam sebuah masalah. Seharusnya acuan yang dipakai oleh KPI adalah aturan yang jelas, bukan dari hasil penilaian subyektif.

Sebuah pertanyaan yang muncul adalah, kenapa KPI menjadikan tayangan pernikahan Rafi-Nagita menjadi sebuah masalah yang serius ? Mungkinkah ada “tangan yang mengatur” KPI dibalik kasus ini ?  Sperti kita ketahui, bahwa di Indonesia terdapat banyak stasiun TV swasta yang bersaing keras. Masing-masing tentu akan berusaha meraih rating yang tinggi. Yang dikhawatirkan adalah kalau KPI ini disetir oleh competitor stasiun Televisi yang menyiarkan acara Akad Nikah Rafi Ahmad – Nagita Slavina. Jawabannya akan kita lihat apakah acara resepsi yang akan menjadi hak siar RCTI juga mendapat surat peringatan juga ?

REFERENSI:

http://www.merdeka.com/peristiwa/siarkan-nikah-raffi-gigi-dua-hari-trans-tv-resmi-ditegur-kpi.html

http://www.islampos.com/rafi-dan-nagita-bukanlah-raja-140011/

http://www.islampos.com/rafi-dan-nagita-bukanlah-raja-140011/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun