Timnas Malaysia U19 bermuatan pemain domestik, meskipun sudah karatan dengan pelatih dan gaya Spanyol, namun Malaysia masih kental memainkan sepakbola klasik Asia Tenggara dan sangat Melayu.Â
Sebangun dengan tim seniornya atau bahkan tim masa lalunya, dari masa ke masa Malaysia memainkan pertandingan dengan lebih matang daripada tim selevel Asean lainnya.
Barangkali negri yang makmur, tenang dan teratur, sangat berpengaruh mewujudkan permainan tenang-tenang menghanyutkan dari timnas Jiran ini.
Memiliki under control yang proper, baik mereka dalam tekanan atau penyerangan, baik dalam skor tertinggal maupun skor unggul.
Dalam positioning yang disiplin, Malaysia memiliki alur permainan yang kalem dan rapih sampai pada duapertiga lapangan, dan akan mengejutkan dengan kerjasama pendek pada sepertiga sisa lapangan, dilanjutkan eksekusi oleh penyerang yang dikuasakan kepada penyerang Gunalan, Abid atau Arami.
Timnas Indonesia U19 harus memotong tengah Malaysia sebelum mereka mencapai kotak enambelas Timnas, jika tidak prosentasi gol Malaysia bisa menjadi kenyataan.
Pelatih Indra Sjafrie mesti merelief para pemainnya dari belakang ke tengah, kerna dalam menyerang selalu saja terjadi penumpukan gelandang dan penyerang kita di dalam kotak pertahanan lawan. Ini akan menyisakan papan kosong antara tiga atau dua bek tersisa di belakang, yang akan berbahaya jika Malaysia melakukan fast break.
Dalam Timnas, salah satu faktor pengendali lapangan seperti Evan Dimaz, kini tidak terlihat pada skuat 19 kali ini, gelandang Kafiatur bermain lebih agresif  ke arah gol, ketimbang keseimbangan tim. Mungkin jika kaki Welber sudah oke, dia lebih cocok dimainkan melawan Harimau Muda Malaysia.
Selain banyak komen permainan Timnas yang monoton dan membosankan, dengan operan langsung dari bek tengah, ke fullback (Dony, Mufli) dilanjutkan crossing ketengah, atau cutback, harusnya ada kreatifitas lain dari coach Indra dalam menyusun serangan, sehingga terhindar dari sebutan bapak cutback timnas.
Mungkin Malaysia bermain 4-2-4 hybrid 4-4-2,  dan akan lebih membuat mereka fleksibel dengan dua sayap stylish Gunalan dan Zamirul di dalam menyerang dan bertahan. Kelengkapan dan kecepatan ini yang bisa merepotkan pertahanan dari Iqbal yang lamban dan Kadek yang terlalu depan.
Terus terang timnas 19 Indonesia kali ini menurut saya,  masih sporadis dan kurang terorganisir  dan masih sederhana dalam mengolah bola. Ball possession atau kepemilikan bola yang dilaksanankan Timnas seperti palsu, kerna lebih banyak memainkan ball possession di belakang, atau permainan back ball.
Bisa jadi ini pertandingan yang sulit bagi Tmnas Garuda Nusantara dalam menghadapi Timnas Harimau Muda, selain bisa dikatakan sebagai laga klasik serumpun.
Barangkali Timnas Indonesia lebih baik bermain empat bek guna menutup sayap Malaysia yang lebih kreatif, dengan interval garis yang lebih dekat antara garis belakang dan garis tengah, atau dengan kata lain Indonesia berposisi lebih bertahan guna mendapatkan ruang dan waktu yang tepat saat menyerang ke jantung Malaysia yang menjulang.
Dengan kebanyakan pada bola mati, mencetak gol menggunakan pemain belakang boleh-boleh aja, tapi itu bukan sesuatu yang keren juga, kerna kita punya Arkhan Kaka sebagai striker stylish dan Jens Raven seorang goal getter yang jangan dibiarkan menjadi lone wolf.
Menghadapi Malaysia 19 akan sangat berbeda setelah Indonesia 19 menundukkan Filipina, Kamboja dan Timor Leste.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H