Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kafe Ketiga

13 Juni 2024   15:44 Diperbarui: 13 Juni 2024   15:59 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda lelaki baru! Tiba-tiba dia berucap. Telapak tangannya yang putih bergerak mengatup di atas kofi seperti hendak memenjarakan asap.
Ah, ya. Maaf, saya terpaksa memperpanjang singgah di sini kerna tertarik kepada anda! Kata saya terang terus.

Wanita itu menoleh, paras jelitanya seringai.Tiba-tiba saja dia bangkit.
Aku akan berlalu! Tegasnya lalu menapak kaki jenjangnya.

Hei! Saya bereaksi cepat, meletakkan lima lembar ratusan di meja dan mengejarnya.
Tunggu!

Tapi wanita semampai itu melangkah segra, sayapun merapatinya hungga mencapai kotak parkir mobil, dia membuka ruang kemudi. Saya merangksek ke sisinya.

Mmm.. anda tidak mudah menyerah? Katanya.

Lalu dia menstart engine dan gas pol. Mobil tebalnya meraung melepaskan debu yang tersaru warna malam.
Saya ingin mengetahui diri nona! Kata saya di tengah ngebut.

Baiklah! Jawabnya tanpa longgarkan kemudi. Mobil berlari overspeed, sampai tak lama mendecit tiba-tiba, dan berhenti di depan sebuah kafe lainnya.

Lalu kami turun dan memasuki ruang kafe yang redup. Warung kopi itu mirip dengan kafe sebelumnya, ada musik gemulai dan sinar lampu underwatt.

Pengunjungnya hampir segalanya lelaki, mereka terlihat diam seperti seragam, beberapa tepekur menyanggah kepalanya seperti berat bila dibebaskan.

Perempuan tirus itu menjentikkan jari dan pelayan kafe membawa dua kopi tebal.
Ini kedua, dan ku harap tidak untuk yang ketiga! Katanya.
Apa?
Sehabis aku berlalu dari sini, kau tidak boleh lagi bersamaku! Terangnya.

Tidak! Saya akan mengikutimu sampai saya mengerti! kata saya butthead.
Begini! Aku perempuan patah. Jurang dalam hatiku tak akan pernah terisi, bekas luka ini tak ditakdirkan untuk sembuh, pergilah sebelum kafe ketiga! Jelas matanya tajam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun