Dapat kita saksikan bahwa bagaimana mungkin jarak garis tengah Timnas ke garis serang seringkali terlalu lebar sehingga menyulitkan Haye dan Nathan untuk melakukan hub to hub.Â
Kerap kehilangan bola karena umpan yang kependekan atau kepanjangan, hampir semua bola umpan menjadi lintasan bola yang longgar yang mesti diolah kembali oleh penerima. Beruntung kita punya Calvin Verdonk yang seperti Vinicius (Real Madrid), dia bisa mengolah bola-bola operan jenis apapun yang diterimanya.
Terlalu banyak pemain Timnas berkerumun sejajar di depan kotak enam belas Filipina, sehingga umpan silang dari sayap selalu miss.
Demikian pula seringnya umpan praktis lambung langsung ke depan ala Real Madrid yang sangat pragmatis untuk mencuri gol singkat, namun tidak sesuai sikon.
Sayang memang, seharusnya kita bisa menonton atraksi lebih dari yang seharusnya dari suatu Timnas seperti saat mengalahkan Korsel di laga U-23 Asia,
Sementara Timnasturalisasi yang sedang mekar dan berkelas dengan taburan bintang dengan level major cuma bermain pragmatis, shingga menjadi tim dengan set back ke sepakbola demi kemenangan semata.
Â