Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Risalah Cinta

5 Juni 2024   23:45 Diperbarui: 6 Juni 2024   00:08 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar pixabay.com

Saya pikir saya tidak mencintainya, saya merasa hati saya sekedar kawan saja kepada Maya. Semua omong, Maya perempuan cantik, semua orang menyukainya.

Orang-orang bilang saya beruntung memiliki wanita idaman yang digila-gilai banyak lelaki. Tapi kenapa feeling saya kurang greng seperti mati setrum. 

Saya pernah memaksa hati saya untuk menyukainya tetapi saya malah kena mental, saya pun mencoba lain, yaitu memimpikannya konsentrasi membayangkan parasnya sebelum tidur, tapi saat lelap, saya jadi kerap terjaga di interval malam untuk b.a.k ke peturasan.

Sampe terkini, saya usaha yang terkahir, yaitu menuliskan suatu risalah tentang cinta, tentu saja yang konek dengan Maya.
Dan di satu sore yang lembut kami berada di beranda sebuah kafe, menikmati es teh jumbo Solo tigaribu.

Bagaimana bisa kamu ga ada hati sama aku? Apa kamu...,,,??  Buka Maya keheranan.
Sssstt...saya sedang  menulis risalah cinta! Jawab saya.

Risalah Cinta?
Hmm..

Macem Dewa 19? Dahi wanita ayu itu berkerut indah.
Sebenarnya saya malah suka kamulah satu-satunya! Jawab saya.

Serius?
Hmmm....

Tiba-tiba Maya menyorongkan bibir seksinya dan mencium pipi saya.

Untuk apa?
Aku sukak!

Saya memandang wajahnya yang pink bersemu malu.
Tidak apa!
Malu!

Selanjutnya kami berjalan berpegangan sepanjang side walk, menikmati rembulan yang rendah berwarna pucat yang terdifraksi ke dalam air danau di sepanjang setapak.

Saya jadi terbawa perasaan (baper) dengan peristiwa romantis ini, sementara Maya merebahkan lehernya di lengan saya.

Kami melangkah tanpa suara kecuali suara jangkrik atau orong-orong, saya kurang familier, tapi mengenhance panorama menjadi seperti halaman muka handphone.

Hingga tak terasa, kami telah berada pas di muka rumahnya, Maya berpaling dengan gestur manjah memandang ke dalam bola mata saya.

Apakah kita jadian? Tanyanya pelan.
Saya tidak berkata, hanya mengambil tangannya.

Saya sedang menuliskannya Maya... Jawab saya selembut mungkin.
Wajah glance nya tampak sedikit menyurut, barangkali tidak sesuai harapannya, namun Maya adalah perempuan yang indah.

Kamu harus segera menyelesaikan tulisan risalah cinta itu. Supaya kita tidak terkatung-katung kayak begini! Katanya nyaris tak terdengar.

Saya berjanji akan merampungkan risalah cinta malam ini, Maya! Balas saya semanis mungkin.
Baiklah aku percaya kepadamu! Lalu Maya berjinjit dan mencium pipi saya kemudian melangkah menuju pintu rumahnya yang asri.

Saya melanjutkan langkah saya menuju tempat tinggal saya dengan lebih cepat dari semula, biar saya tidak lama menunda menyelesaikan Risalah Cinta yang telah separuh jadi di laptop saya.

Tiba di rumah saya langsung bekerja, menuliskan Risalah Cinta Maya. Sampai waktu menunjukkan pukul duapuluh empat, saya merasa tulisan saya sudah lengkap dan sempurna. 

Setelah saya edit kembali saya puas akan hasilnya, sebuah risalah cinta yang saya harapkan akan membuka babak baru hubungan saya dengan  Maya.
Hanya satu terakhir ujian lagi, saya bergumam sendiri.

Setelah semua all set, saya meng upload Risalah Cinta ke Kompasiana beyond blog yang amat saya banggakan. Kemudian saya tekan kotak tayang dan menanti.

Hati saya berdebar kencang menunggu status artikel saya, menunggu harap beberapa menit, buat saya terasa seperti satu abad.

Akhirnya artikel Risalah Cinta saya tayang juga, dan begitu saya mengamati status artikel saya, ternyata boro-boro memperoleh artikel utama, artikel pilihan pun enggak. Risalah Cinta saya tertera tanpa status.

Lama saya memandangi Risalah Cinta saya di layar Kompasiana yang tanpa status, dan itu membikin hati saya semakin masjgul, karena saya tak bisa membayangkan paras Maya nanti, ketika saya harus mengatakan kepadanya, bahwa hasil Risalah Cinta saya tanpa status di Kompasiana. Ada yang bisa bantu saya enggak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun