Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Balada Sampah

24 Februari 2024   20:02 Diperbarui: 24 Februari 2024   20:08 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar pixabay.com

Dia itu pengumpul sampah, tetapi orang memanggilnya tukang sampah. Banyak yang menyintainya kerna dia pekerja rajin terlihat dari jalan-jalan yang selalu bersih. 

Tidak sehari dua, dia sudah berbakti selama dua puluh tahun sebagai penyapu.
Tidak heran, dia sudah menyabet empat kali predikat pengepul sampah terbaik yang diadakan setiap lima tahun.

Namun seperti ilmu padi, dia tetap membumi dengan penampilannya yang sederhana, tampilan wajah jelata, pipi yang tirus, senyum bibir lebar dan mata tipisnya tergambar pada sosok tubuhnya yang lurus.

Di tikungan jalan, biasanya mereka berkumpul, dia terlihat memimpin kawanan tukang sampah, memberi instruksi yang mudah dan efektif. Hasilnya dalam dua jam seluruh jalan tampak licin bebas sampah.

Tukang sampah idaman selalu bergeser, memastikan kebersihan area sebelahnya. Dari mengusap lembut aspal jalan, sampai masuk gorong-gorong semua dikerjakan rinci.

Begitu saban hari, kota bersih sehingga orang-orang menghormatinya. Terkadang memang muncul keheranan dari orang-orang kritis, bertanya bagaimana kota bisa demikian clear dari sampah. Tapi pertanyaan itu tak pernah menemukan jawabnya.

Singkat kisah, mendekati tahun kelipatan lima, pesta rutin kontestasi pembersih sampah terbaik dihajat. Seiring menyambut pesta pemilihan, volume sampah pun sudah dipastikan bakal meningkat.

Seperti sudah menjadi stigma, karakteristik sampah lima tahunan ini memang sulit dibersihkan, sangat berbeda dari sampah sehari-hari yang gampang disapu.

Sampah menjelang pesta lima tahunan ini menjelma ke dalam bentuknya yang unik, ada sampah keras susah dibersihkan, ada yang basah juga ada sampah yang kering, bisa juga sampah yang tidak terlihat bentuknya yang dikenal sebagai sampah siluman.

Kompetisi limatahunan juga merupakan ujian sesungguhnya bagi calon pembersih-pembersih sampah, kerna bukan sembarang orang yang bisa membersihkan sampah limatahunan ini, mereka para peserta, bukanlah pengusir sampah kaleng-kaleng.

Sesuai realita, tukang sampah idaman kita selalu menjadi pilihan dengan rating tinggi. Orang-orang selalu terhipnotis dengan trik-trik tersembunyi dalam mengatasi sampah-sampah kelas berat.

Dibanding pesaing lainnya, perajin sampah sederhana kita ini selalu leading dan rendah hati. Kita serahkan masyarakat menilai! Begitu sering diucapkannya.

Orang-orang juga tidak mau susah, kepingin sampah beres apapun cara dan gayanya, yang penting hepi no rubbish.

Hari pertandingan tiba,  tukang sampah favorit terlihat berada pada barisan depan diikuti para kompetitor yang siap merebut gelar yang kini dipegang oleh tukang sampah inkamben.

Namun kelihatannya berat, pengepul sampah inkamben telah mahir akan seluk beluk pengelolaan sampah selama dua dekade. Jadi seperti sekilas tak ada lawan berarti.

Dimulai dari para kontestan bergerak lincah menyapu sampah-sampah di jalan, mengumpulkan sampah sebanyak mungkin untuk merebut prosentasi tinggi.

Tapi dari sudut mata garisnya, tukang sampah unggulan memperhatikan dengan seksama setiap gerak lawan-lawannya, dia tetap kalem tidak terpengaruh sama sekali dengan pengumpulan sampah receh di jalan-jalan.

Hingga babak pertama usai masing-masing kontestan memperoleh angka prosentasi lumayan termasuk pengepul sampah inkamben. Semua peserta leyeh-leyeh saat diberikan waktu istirahat untuk memulihkan tenaga, tapi tukang sampah kita tetap terlihat enerjik.

Dia rajin berkeliling menghampiri para calon pesaingnya, entah melobi apa, tiada yang bisa menebak kecuali hanya memunculkan spekulasi saja.

Sampai peluit tanda babak final dimulai, kontestan-kontestan pesaing tampak terpuruk kecapean. Hanya tersisa satu kandidat potensial yaitu penyapu inkamben.

Pengepul sampah inkamben ini menjadi pembeda di tengah para pesaingnya yang sudah kelelahan duduk menjulurkan kaki dan tangan dikelilingi sampah-sampahnya.

Melihat kondisi ini, panitia pemilihan penyapu akhirnya menetapkan penyapu senior ini kembali dinobatkan sebagai tukang sampah terbaik di periode kelima ini.

Orang banyak, bergembira dan berpesta, bergoyang dan bernyanyi, merayakan terpilihnya keberlanjutan, pengumpul sampah pujaan.

Namun panitia kembali memiliki problem usai pesta limatahunan, yaitu banyaknya sampah yang telah dikumpulkan para calon-calon yang gagal yang terbengkalai. Bahkan  jika ditotal, jumlah sampah ini begitu banyak dan andai dibiarkan akan bisa menjadi batu dan malah sebagian dipercaya bisa menjadi mistik.

Tenang saja! Saya akan mengurus sampah-sampah ini! Begitu janji pengumpul sampah langganan pemenang yang melegakan semua orang.

Dan benar, keesokan harinya, sampah sampah usai pesta limatahunan itu telah bersih tandas. Sebagian bertanya-tanya bagaimana mungkin? Tanah yang tersedia tidak mungkin lagi bisa menampung sampah-sampah besar dan berat itu.

Panitia pemilih penyapu bertanya kepada sang juara bertahan.
Di mana bapak bisa menyimpan sampah demikian banyak?

Dengan senyum lebar pengepul sampah juara itu menjawab.
Di atas!
Dia mengangkat kedua telunjuk jarinya ke arah langit.

Serentak orang-orang menengadah dan mereka melihat sinar matahari meredup tertutup oleh sampah-sampah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun