Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Putra Sulung di Dalam Dinasti

23 Oktober 2023   15:43 Diperbarui: 23 Oktober 2023   15:56 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Empat eks ketum organisasi Kelompok Cipayung membuat deklarasi Kawan Gibran menyambut Pilpres 2024.republika.co.id

Masih enggak percaya?  
Ramalan dua tiga tahun ke depan ada tiga partai  major yang akan berkuasa, pertama PDI Perjuangan yang diketuai Joko Widodo, kedua Partai Gerindra yang diketuai Gibran Rakabuming Raka, dan ketiga Partai Solidaritas Indonesia yang diketuai Kaesang Pangarep.

Ketiga partai yang berplatform similar ini akan menjadi mayoritas di parlemen dan menguasai kabinet presiden 2024-2029. 

Apakah  ini arah yang sama sekali baru buat Indonesia pasca Jokowi, atau kembali copy paste jalinan eksekutif-legislatif gaya lama?
Iya enggak dong! Politik sandera akan lenyap, korupsi akan musnah, makelar kasus lewat, pokoknya bersih.

Kerna sapu yang dibawa Gibran RR sapu yang bersih, tidak ada hutang budi politik Gibran kepada orang yang enggak jelas lagi, hutang politik Gibran hanya satu, yaitu kepada Jokowi, bapaknya. 

Ini yang akan membuat Gibran, yang kelak sebagai presiden kita, bisa lancar jaya membangun NKRI, dan dengan tegas tanpa beban bisa mencopot pemangku-pemangku yang bermain gaya lama.

Kerna di parlemen sudah dibentengi dengan kekuatan major, PDIP, Gerindra dan PSI, hingga semua kebijakan yang diambil akan transparan, tanpa halangan, dan tanpa  distorsi. Masalah-masalah yang banyak bermuara pada partai selama ini akan terpangkas dengan sendirinya.

Saya jadi terngiang, saat Presiden Jokowi mengingatkan angka 13 tahun Indonesia ke depan.

"Dalam 13 tahun ke depan ini adalah saat yang sangat menentukan negara kita bisa melompat jadi negara maju atau tidak," katanya.

Oleh karena itu, dia menilai anak muda Indonesia harus mengerti persoalan negeri ini. Dengan demikian, anak muda terlibat lebih jauh untuk memajukan bangsa. Dia berharap Indonesia tidak memiliki nasib sama seperti negara di Amerika Latin yang kehilangan kesempatan untuk menjadi negara maju.

Ini sangat ngepas, karena disampaikannya dalam acara festival LPDP (Lembaga Pengelola Dan Pendidikan). Seperti kita tau LPDP adalah lembaga keren yang amat sangat selektif, dan telah banyak mencetak anak-anak muda sekolahan ternamadi luar negri yang enggak kaleng-kaleng.

Kalo dikonek ke kondisi present, maka benang merah anak-anak muda Indonesia akan memproleh momentumnya. Jangan sampai negara kita maju kena, mundur kena, alias berjalan di tempat melulu.

Mungkin Jokowi dihujat karena "sirkus Pilpres 2024" yang tersaji sekarang ini, tapi mungkin jalan ini yang terpaksa diambil, kerna sejak dari lahirnya reformasi 25 tahun lalu, negri masih jalan di tempat, seterusnya kita akan bolak-balik setback entah sampai kapan.
Selain kita enggak tau rencana besar di depannya di krurun waktu 13 tahunnya Jokowi.

Namun kalo saja tak percaya, paling enggak kita bisa melihat bahwa Jokowi bukan presiden yang kaya raya hinga di sepuluh tahun kini.

Barangkali debatable, perihal infrasruktur dan proyek strategis Jokowi dan hutang-NKRI.

Mencoba sedikit saja jujur, untuk bisa melihat Jokowi dengan tangannya, memelihara kita semua selama dua tahun pandemi covid19 yang mendunia, kita keluar dari lubang jarum virus mematikan dengan catatan mencengangkan, sementara negara lain berdarah-darah berkepanjangan.  

Dan kali ini Gibran memang masih menggunakan politiking gaya lama, yaitu transformasi seorang Gibran Rakabuming Raka dari kulineran ke walikota Surakarta dibalik bayangan jalur cepat PDI Perjuangan dan previlese anak Presiden dan sekarang menuju bakal calon nomor 2 negri.

Namun sekaligus Gibran berjasa membuka wajah-wajah politisi tua di dalam cerminnya sendiri, sehingga kita bisa melihat politisi terhormat yang menyedihkan dan tak berdaya.

Menjadi mas wali di kota Solo, kota terkecil di Jawa Tengah yang bersebelahan langsung dengan kota gede surga budaya dan pariwisata Yogyakarta, memang bukan perkara gampang.

Kota dengan teh nasgitel (panas, sepet, legi, kentel) ini, sekarang melangkah jauh lebih ke depan semenjak Gibran. Solo terus berbenah dengan bersih. meski masih terus berjibaku dari kemiskinan. Solo jadi aman juga, jika sampeyan ninggalin motor tanpa dikunci nggak bakal ilang.

Jadi seandainya Gibran presiden, dia akan lebih santai tanpa sandera-sanderaan, kecuali disandera oleh oleh keluarganya sendiri. Kerna para penyandera luar domestiknya sudah ditaklukkan bapaknya.
Mudah-mudahan kita bisa meninggalkan kisah luka lama yang terus berulang-ulang di negri ini.

Masih enggak percaya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun