Saya baru melihat anda kali ini! Kata saya.
Ya!
Kenapa?
Perempuan itu menoleh dan matanya basah.
Lelaki itu meninggalkan saya! Katanya lirih.
Kamu sangat mencintainya?
Saya tak bisa menghilangkannya!
Maaf saya akan bergeser, saya pikir anda perlu privasi! Kata saya.
Tak apa! Kau boleh menulis puisimu! Balasnya.
Selanjutnya kami berdua berjalan dalam  kepala dan terbenam ke dalam urusan masing-masing, saya merenungkan puisi dan dia merenungkan kekasihnya yang pergi.
Sampai matahari menuju  horison, perempuan cantik itu menutup lamunannya.
Tentang apa yang kamu tuliskan? Tanyanya kepada saya.
Saya menulis ulang puisi! Jawab saya.
Untuk apa?
Untuk kamu!
Bagaimana?
Saya menulis puisi mundur ke dalam waktu sebelum kamu mencintai kekasihmu!
Really? Terlihat matanya tak percaya.
Kau bisa memberi nomormu? Pinta saya. Lalu dia menyebutkannya. Dan cling!
Oke! Aku sudah mengirim ke kotak pesanmu!
Apa?
Puisi itu!
Dia membuka selnya dan membacanya hingga selesai. Saya memperhatikan parasnya berbinar dan tidak lagi sendu. Saya kira perempuan itu masih saja menatap monitor gajetnya meski puisi sudah habis dibaca.Â