Pintu itu tertutup
Seperti mulut terkatup
Aku mengetuk
Dan ada yang terbatuk
Kekasihku kataku pelan
Aku datang membawa awan
Yang banyak berisi tulisan
Pengingat masa yang tertelan
Pintu kekasihku pun terbuka
Dia mengambil awan di tangan
Lalu menuju dipan
untuk menidurkan awan
Kami pun duduk menunggui tulisan
Tapi awan hanya menangis
Tangisnya mengalir seperti hujan
Hingga tak ada tulisan lagi di sana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!