Vietnam bermain rapi dengan blue print taktik yang jelas tergambar di lapangan. Perubahan permainan Vietnam di babak kedua adalah gambaran jelas dari strategi pelatihnya setelah mengevaluasi permainan Garuda di lapangan.
Orang awam bisa dengan jelas mengikuti alur perubahan permainan Vietnam di lapangan, dengan permainan asimetrik flank kanan di kaki sayap luarnya Minh Quang (15) dan sayap dalamnya yang berbahaya, Quoc Viet (14).
Keduanya banyak menarik Dewangga dan sering menembus lapisan sayap luar Haykal, kedua orang Vietnam ini membaca banyak bolong sisi kanan Garuda akibat overlap atau transisi Dewangga dengan Haykal berjarak cukup lebar.
Ciri khas Vietnam dengan cut back ballnya yang menyasar pemain tengah atau gelandang mereka yang tiba tanpa terduga, tampak dimainkan dengan advance.
Ini salah satu saja notice, bahwa pelatih Vietnam memiliki strategi yang jelas dan dimengerti anak asuhannya.
Berbeda dengan pelatih Shin Tae-yong, yang menurunkan elevan starts dengan konsen pada dua pertiga kekuatan yaitu belakang dan tengah. Bermain mungkin dengan format 3-4-2-1 hybrid 4-1-4-1.
Memakai tiga bek terkuat Kadek-Ferrari-Dewangga. Sementara, Rifky Dwi dipasang sebagai gelandang bertahan yang juga berperan sebagai bek keempat temporer, dengan fungsi utama sebagai holding antara box to box , tengah dan belakang.
Gelandang empat terkuat juga disetel oleh, Robi Darwis, Arkhan, Rifky Dwi, dan Haykal di tengah. Sedang di depan STY mematok, Beckham, Ragil, dan Abdul Rahman.
Semacam ada keraguan untuk tidak langsung gas pol dengan memainkan Sananta dan Sroyer sejak awal. Aku tak tahu apakah strategi STY ini, agar tampak out of the box, atau secret weapon, atau gimmick saja.
Buat sebagian kita seperti sudah jadi terbiasa, terpukau, dan bertanya-tanya dengan rasa kagum, akan strategi rahasia yang sudah menjadi ciri khas STY di setiap menyambut laga krusial.
Atau bisa saja Shin Tae-yong ingin mengejutkan lawan dan mengecoh pelatih Vietnam dengan pasangan depan Indonesia yang bukan Sananta-Sroyer.