Dokter Lula yang cantik menatap langit rumah sakit. Dia mengambil tangan suster Manda.
Baiklah. Kamu bisa jeda dulu dari kamar operasi, suster Amanda! Putus sang dokter.
Amanda mengangguk, matanya masih berair bening.
Trima kasih banget dok! Jawabnya kalem.
Okeh Manda. Kamu temporeri bisa tugas di rawat inap dulu, yach! Kata dokter idola itu.
Baik dok!
Keesokan pagi, suster Amanda telah berdinas di sal rawat inap. Dia merasa lebih baru dan berharap, trauma kematian mulai menepi dari kepalanya.
Dokter Lula yang sedang visit penderita, kembali bertemu sus Amanda.
Gimana suster Amanda, dah rada mendingan? Tanya Dok Lula.
Owh..aku seneng dokter Lula! Jawab Manda merem melek.
Ohyaa?
Iya dok. Pasien di sini dipenuhi harapan, aku sukak dok! Thanks ya dokter!
Dokter Lula senyum manis, lalu memeriksa salah satu pasiennya. Parasnya tampak serius, sebentar matanya melirik ke suster Amanda.Â
Dia berbisik ke Manda, lalu sang suster bergegas meninggalkan ruangan. Tak lama Amanda kembali, dia membawa botol infus baru dan dengan cekatan mengganti botol lama pasien.
Dokter Lula memeriksa logbooknya, lalu berbicara ke pasiennya.
Mmm.. bapak skedul operasi nanti malam ya! Puasa kan suster! Perintah dok kepada suster Mandah. Benar dok!
Lalu dokter Lula melangkah dan menghilang pindah ke sal inap tetangga.
Meninggalkan Amanda dengan kakek pasien yang harus dioperasi pada tengah malam nanti.
Bapak tenang, bapak akan sembuh sehabis operasi nanti! Hibur Amanda.Â