Di satu aspal yang basah, siapa yang menggambar parasmu dan itu sehabis hujan saat lampu-lampu baru saja pudar. Saya menumpak motor di jalan sunyi, cuman itu yang saya kenang, selebihnya hanya garis-garis hujan.
Ini hari ketujuh sehabis jatuh, mengambil motor yang rusak dan melaju lagi. Saya tak bertujuan, hanya menarik putaran gas pol, namun berkahir di jalan yang sama.
Akhirnya saya duduk di pinggir, mengikuti gambar wajahmu dari bekas hujan di aspal jalan.
Waktu itu pukul duabelas malam. Ketika seorang perempuan entah dari sudut mana, tiba-tiba mengambil duduk di samping saya.
Aku mau melukis lelaki saya! katanya. Saya mencari parasnya tapi blur, cuman tubuhnya beraroma harum.
Silakan! Jawabku. Lalu turun hujan kecil dan gambar perempuanku di aspal memudar berganti raut seorang pemuda.
Siapa?
Pacarku! Katanya.
Keren!
Hmmm...
Sudah berapa lama? Tanyanya
Aku? Tujuh hari! Sahut saya.
Kau?
Tujuh tahun! Katanya.
Jatuh juga?
Hmmm..
Perempuan bercelana kulit itu tiba-tiba berdiri meraih helmet dan mengangkat sepeda motor saya.Â
Aku pinjam! Katanya.
Motormu?
Hancur!