Tanaman bunga merona yang ditanam kekasihku ternyata tumbuh perfek, begitu rimbun di sekelilingku, membuatku semakin merasa tidak sendiri dan  jadi pede menempuh petualangan baru.
Rupanya kekasih amazingku sangat telaten menyiangi tanaman bunga itu dan dia selalu hadir rutin dua hari sekali untuk membelai bunga-bunganya. Bunga warna-warni yang segar menjadi selalu bermekaran, saling bersahutan keluar dari kelopak dan benangsari, sehingga seperti taman mungil mosaik warna.
Dan aku semakin yakin akan arah perjalananku dengan cinta bunga mekar meruah yang ditanami buatku.
Hingga di satu hari, di tengah perjalananku yang mungkin baru menyentuh progres lima persen, aku merasa enggak enak, merasakan yang lebih dingin dari yang suam dan lebih buram dari yang benderang.
Ada apa sayang? Aku bertanya-tanya. Sebab cukup lama aku tidak menengok taman bunga kecilku, dikarenakan aku sudah mulai fokus di jalanku yang mulai menjauh. Dan ketika aku paksakan untuk terus melanjut , aku semakin insecure, seakan tanpa panduan kemana arah mesti melangkah.
Lalu aku memutuskan untuk berbalik, kembali menyusuri jalan dari  awal mula dengan tergesa dan rasa masjgul.
Ketika tiba di kotak awal, aku melihat celahnya melayangkan sinar yang meredup, lalu aku membukanya dan mendapati tanaman bunga yang telah ditanam tampak luluh lunglai, Â terlihat juga bekas bunga-bunga yang dipetik paksa dan dedaunan pun layu malah sebagian kerontang. Tiba-tiba hatiku seperti patah.
Seketika aku memandang keliling, dan aku tersentak melihat ada dua peri sedang memainkan bunga-bunga yang dipetik dari tamanku di tangan mereka. Ku lihat bunga-bunga itu mereka tebarkan di tanah, ke tempat pembaringan-pembaringan yang lain.
Lancang amat mereka! Aku tiba- tiba mendidih sembari menghampiri mereka.
Hei! Alasan apa kalian mengambil bunga-bunga milikku? Tanya ku sengit.
Kedua peri itu tampak kejut melihat kehadiranku yang tak terduga, paras halus keduanya menampakkan rasa bersalah.
Maaf! Bunga-bunga di taman anda sudah tidak terawat lagi! Jawabnya.
Maksud kalian?
Perempuan itu sudah tidak pernah ke sini lagi! Kata Peri menciutkan hatiku.
Aku menatap kedua mahluk melayang itu, lalu membuang mata ke taman bungaku yang rata rubuh.
Benarkah?
Ya! Perempuan ayu itu tidak lagi pernah datang untuk menyentuh bunga. Jadi kami memetiknya sebelum layu, lalu kami tebarkan kepada warga baru yang lain, sebagai panduan mereka untuk memulai perjalanannya! Jelas Peri rinci.
Aku terpukul mendengar penjelasan mereka. Dan memang telah kusadari, aku merasa di waktu terakhir ini, arah jalanku semakin surut cahayanya, oh, ternyata kekasihku telah memutuskan semerbak wangi bunganya. Begitu teganya- teganya?
Kenapa kau tidak memberiku bunga lagi sayang? Aku mempertanyakannya di kalbu. Sementara dua peri berpaling menjauh, keduanya meneruskan menebar bunga-bunga buat orang-orang yang baru datang pada tempat orang-orang berbaring.