Maafkan aku Beri Jib! Kata Megan mengakhiri, dia membungkuk dan mencium saya.
Megan, Megan, aku tetap mencinta dan akan selalu menyimpan cinta yang pernah kamu kasih hingga kapanpun. Kata saya memelas.
Megan berdiri, perlahan berlalu meletakkan diri saya di pinggir meja kafe jahe bersama rasa ujung putus asa seorang lelaki.Â
Saya menatap punggungnya menghilang seperti siluet yang pernah hadir di dalam kalbu lalu pecah berkeping. Tanpa sadar saya merasa hancur dalam, ketika sayup terdengar lagu How Can You Mend a Broken Heart dari The Bee Gees, semakin meluluhkan lelaki yang sedang patah.
Saya meninggalkan kafe dengan gontai menyambut udara basah sepanjang pedestrian jalan, meski malam belum sempurna namun saya merasakannya lebih kelam ke depan.
Saya merasa tak mampu menghapus cinta Megan dan dalam jiwa, saya berjanji untuk tetap memelihara cintanya tanpa batas waktu, meski tampak emosional dan kekanak-kanakan namun demikianlah adanya.Â
Malam ini memang menjadi awal perjalanan saya yang absurd tanpa Megan lagi, membuat saya tidak tau harus berbuat apa selain merawat cinta Megan yang telah tumbuh dan berakar di hati saya.
***
Hingga hari-hari berlalu orang-orang di sekitar tak lagi menguarkan bicaranya tentang putus cinta kami, saya sendiri tetap bergeming, bahwa Megan adalah kekasih sejati meski dia sudah berlalu.
Saya pun memulai hidup dengan separuh nafas karena separuh nafasku terbang bersama dirimu seperti Dewa19, menjalankan kehidupan saya.
Hanya saya menjadi lebih pendiam dan banyak mengurung diri besama cinta Megan yang masih saya simpan dengan gentle.Â