Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Taman Cinta

5 Maret 2023   17:25 Diperbarui: 5 Maret 2023   17:27 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image from pixabay.com

Hanya sebuah taman?
Ya!
Ah! Joni tertawa, maunya dia terpingkal, namun ditahannya.

Perempuan di hadapannya meminum minuman soda langsung dari botolnya, meskipun duduk, dia terlihat lebih tinggi dari Joni, barangkali demikian rampingnya.

Apakah kau mengajakku? Tanya Joni.
Perempuan menggeleng, lehernya bergerak, rambutnya bergoyang, dia jadi seperti mimpi.

No, aku pergi seorang! Perempuan menjawab.
Ah pandanglah! Aku mulai mencintaimu! Bisik Joni menahan senyum semenarik.

Perempuan elok itu tidak berekspresi, wajahnya tirus pertanda serius. Joni makin senang menggodanya.
Aku baru jumpa wanita seperti anda!
Kenapa?
Aku mulai menyukaimu! Eh, kemana tadi kau akan pergi?
Sebuah taman!
Dan aku menawarkanmu melancong ke luar negri, heh?
Aku tak hendak! Jawab wanita ayu itu ketus.
Oke, oke! Anda tidak sama dengan perempuan-perempuan lain!
Mengapa?
Mereka menyukai uangku, mobilku dan melancong! Dan kau? Sebuah taman? Haha.. Joni tak hendak lagi memendam tawa.

Sekali lagi, sebuah taman! Singkat wanita indah itu.
Oke-oke, tetapi please.. biarkanlah aku menyertaimu! Ke taman kan? Please.. Joni berdrama memohon. Perempuan itu tidak merubah mimiknya.
Tapi kau belum siap!
Please?

Perempuan itu memandang lelaki yang belum lama dikenalnya itu hingga ke relung dada. Oke kau boleh ikut! Putusnya.
Hore terimakasih sayang! Joni melonjak mengambil tangan wanita itu dan menciumi, tapi perempuan itu menariknya segra.

Bila kita pergi? Joni bertanya.
Sekarang!
Ah, begitu lekas! Bisa aku tau taman macam mana itu? Joni mereguk minuman.
Taman Cinta! Perempuan itu menjawab dingin.
Serius? Kembali Joni mulai menganga bersiap tertawa.
Anda harus mengikuti aturannya!
Baik, baik, baik! Aku akan! Jawab Joni keposisi seriusnya.

Perempuan itu bangkit dia tampak lebih tinggi lagi langsing. Joni ikut berdiri.
Sekarang?
Ayo! Kata gadis itu berpaling sambil berjalan keluar kafe. Joni melempar beberapa helai ratusan ribu ke meja dan bergegas mengikuti perempuan itu.
Mereka pun berjalan kaki menyusur pedestrian menempuh belokan deretan rumah toko dan perbisnisan beton.

Kau yakin kita berjalan kaki? Tanya Joni. Perempuan mengangguk.
Bagaimana taman cinta itu? Apakah begitu indah? Apa yang akan kita kerjakan disana, heh? Lelaki Joni banyak bertanya.
Adalah lebih baik anda tidak banyak bertanya! Jawab perempuan.
Mmm.., tapi.. apakah nona pernah pergi ke sana? Joni mulai jahil menggoda.

Langkah kaki jenjang wanita itu terhenti, dia memandang Joni sekejap lalu meluruskan lagi jalur matanya.
Aku sendiri belum pernah melihatnya! Jawab sang wanita.
Ah! Bagaimana kau...
Sudahlah! Perempuan itu memotong lantang, membuat Joni menutup bibirnya patuh.
Oke, oke!

Mereka berjalan cukup waktu hingga tiba di taman cinta. Sebuah taman yang tak berbatas, yang tiba-tiba saja bisa masuk di dalamnya tanpa terasa, tidak terasa langkah masuk, hanya seperti ayunan ringan yang membawa keduanya berada di dalamnya. Taman itu demikian unik membuat rasa aneh dan baru.

Joni ternganga, sementara perempuan di sisinya berjalan seperli alunan melewati sebuah rumah klasik yang dibangun di tengah-tengah sebuah lapangan hijau.

Dulu aku biasa bermain di sana! Terang perempuan itu. Joni mengangguk.
Kau tidak pernah bermain di sana? Joni menggeleng.

Wanita pesona itu menarik tangan Joni berjalan menuju bangunan rumah klasik  yang terasa bersahabat, namun mereka berdua urung memnjelajah ke dalam rumah vintage itu. Pintunya tertutup disertai nota 'jangan masuk' tertulis di muka pintu.
Sejenak mereka berdiri di muka rumah besar itu, menelusuri bentuk dan rona warnanya yang membiru seperti langit.

Ayo kita ke taman cinta saja! Ajak perempuan menarik lengan Joni. Mereka separuh berlari menjelang taman cinta  yang dipenuhi begitu banyak bunga tampak manis berona warna di luar duabelas warna yang dikenal. Perempuan itu terpejam, dia merasakan keindahan, kegembiraan dan sukacita. Tapi Joni tidak merasakan seperti itu, dia mengerling wanita di sampingnya.

Bukankah lebih baik kita kembali ke rumah kafe? Joni menawarkan, hatinya risau.
Jangan bak anak kecil, kita menunggu orang-orang yang akan datang! Tegas  wanita. 

Dan benar, serombongan orang-orang berjubah hitam berjalan masuk ke taman cinta, mereka membawa kotak-kotak batu makam yang biasa di tempati bunga-bunga. Para orang berwibawa itu kemudian memetik bunga taman cinta, mendekati perempuan itu, lalu mengambil kegembiraan dan sukacitanya, dan merangkai mawar untuk mengikatnya.

Orang-orang besar itu melewati Joni tanpa mengambil apa-apa darinya, mereka meneruskan prosesi berkeliling. Joni hanya berdiri menegun tanpa kata dan dia tak menampak lagi perempuan elok itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun