Langkah kaki jenjang wanita itu terhenti, dia memandang Joni sekejap lalu meluruskan lagi jalur matanya.
Aku sendiri belum pernah melihatnya! Jawab sang wanita.
Ah! Bagaimana kau...
Sudahlah! Perempuan itu memotong lantang, membuat Joni menutup bibirnya patuh.
Oke, oke!
Mereka berjalan cukup waktu hingga tiba di taman cinta. Sebuah taman yang tak berbatas, yang tiba-tiba saja bisa masuk di dalamnya tanpa terasa, tidak terasa langkah masuk, hanya seperti ayunan ringan yang membawa keduanya berada di dalamnya. Taman itu demikian unik membuat rasa aneh dan baru.
Joni ternganga, sementara perempuan di sisinya berjalan seperli alunan melewati sebuah rumah klasik yang dibangun di tengah-tengah sebuah lapangan hijau.
Dulu aku biasa bermain di sana! Terang perempuan itu. Joni mengangguk.
Kau tidak pernah bermain di sana? Joni menggeleng.
Wanita pesona itu menarik tangan Joni berjalan menuju bangunan rumah klasik  yang terasa bersahabat, namun mereka berdua urung memnjelajah ke dalam rumah vintage itu. Pintunya tertutup disertai nota 'jangan masuk' tertulis di muka pintu.
Sejenak mereka berdiri di muka rumah besar itu, menelusuri bentuk dan rona warnanya yang membiru seperti langit.
Ayo kita ke taman cinta saja! Ajak perempuan menarik lengan Joni. Mereka separuh berlari menjelang taman cinta  yang dipenuhi begitu banyak bunga tampak manis berona warna di luar duabelas warna yang dikenal. Perempuan itu terpejam, dia merasakan keindahan, kegembiraan dan sukacita. Tapi Joni tidak merasakan seperti itu, dia mengerling wanita di sampingnya.
Bukankah lebih baik kita kembali ke rumah kafe? Joni menawarkan, hatinya risau.
Jangan bak anak kecil, kita menunggu orang-orang yang akan datang! Tegas  wanita.Â
Dan benar, serombongan orang-orang berjubah hitam berjalan masuk ke taman cinta, mereka membawa kotak-kotak batu makam yang biasa di tempati bunga-bunga. Para orang berwibawa itu kemudian memetik bunga taman cinta, mendekati perempuan itu, lalu mengambil kegembiraan dan sukacitanya, dan merangkai mawar untuk mengikatnya.
Orang-orang besar itu melewati Joni tanpa mengambil apa-apa darinya, mereka meneruskan prosesi berkeliling. Joni hanya berdiri menegun tanpa kata dan dia tak menampak lagi perempuan elok itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H