Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Thailand yang Berbeda Akan Melawan Garuda yang Mencengangkan

18 Mei 2022   20:47 Diperbarui: 18 Mei 2022   20:58 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AFF Suzuki Cup 2020 antara Timnas Thailand dan Timnas Indonesia (01/01/2022). (Roslan RAHMAN/AFP)

Bermain dengan Thailand akan susah-susah gampang, meskipun tim Garuda Muda lebih diunggulkan daripada Thailand. Terus terang dari pengamatan bukan mbah dukun, kali ini tim Indonesia lebih memiliki materi pemain yang out of the box dibanding pemain standar Asean baik dengan memakai komposisi tim yang standar atau komposisi yang nyeleneh. 

Agak masuk di akal jika beberapa hal dikatakan kesebelasan Indonesia  23 kebawah ini mengerikan. Kurva permainannya juga menggambarkan eksponensial atau logaritma. Jadi seharusnya tim Shin Tae Yong tinggal main dan metik buah, selesai.

Komposisi juga kelihatan sudah lumer, mau pake yang kaku atau yang liat, pelatih Korsel ini bisa tinggal goyang kaki melihat anak-anak bermain bola.  Itu sih bayangan waktu latihan kalee.

Tapi ngomong-ngomong,  tidak terasa kita tahu-tahu sudah berada di semifinal knock-out, menghadapi Thailand sebagai tim Gajah Perang, yang masih selalu menghadirkan mimpi buruk, trauma inferioritas yang merasuk ke kepala pemain, penonton bahkan kepala penulis. Meski tidak pernah nendang bola sekalipun, saya secara pribadi merasakan tiupan stigma kalah masih bertengger di kepala.

Meski Thailand squad tidak semengkilat tahun-tahun lalu ketika masih bercokol Lionel Messi edisi Asia Tenggara,Terasil Dangda dan gelandang serang berambut warna pirang Channatip Songkrasin, tetapi Tim Gajah kali masih tetap disegani kawan dan lawan.

Memiliki tim manajemen yang maknyus dibawah CEO yang dipuja-puji kecantikannya, Madame Pang dan pelatih Brazil-Jerman Mister Alexandre Mano Polking, edisi skuat Thailand kali ini memang agak berbeda.

Thailand telah mengikut jaman dengan mengambil pemain naturalisasi atau blasteran dan pemain yang bermain di luar negrinya, seperti gelandang pengatur serang Benjamin Davies, Patrick Gustavsson, William Weidersjo, Chayapiat, sehingga tampilan permainan dilapangan juga berbeda, lebih ternikmati ketimbang kecepatan lari-lari doang. Tapi Indonesia telah lebih dahulu untuk menggunakan komposisi itu dan itu sangat merubah gaya yang harusnya juga merubah gaya menonton menjadi lebih bergengsi kali.

Untuk diketahui, Thailand saat ini memakai banyak gelandang, bisa 4 atau 5 gelandang sekaligus digunakan oleh pelatih Polking, dengan sejatinya hanya memakai 3 bek dan 2 penyerang. Ini bisa berarti okupansi lapangan tengah dengan kelenturan dalam perobahan menyerang dan bertahan. Pelatih Brasil ini boljug (bolejuga) untuk membuat komposisi lentur Thailand tidak sebagaimana biasanya tim Thailand yang selama ini kita lihat.

Formasi 3-5-2 atau 3-4-3  akan dipilih tergantung kejadian di lapangan, apakah Thailand akan menyerang dengan 2 penyerang atau 3 penyerang dengan andalan Patrick Gustavsson yang sangat kuat. Ini seperti yang dikerjakan waktu melawan Malaysia dan Laos.

Tetapi jika diperhatikan lewat layar tv, pasukan belakang Thailand sepertinya sebelas dua belas dengan Garuda, enggak canggih. Kombinasi 3 bek mereka terlihat lebih mudah di tembus dari sisi kanan atau kiri, terlebih bek kiri  Anusak Jaiphet menjadikan bolong yang bisa jadi mudah di mainkan oleh fullback kita Rio Fahmi yang mobile tentu akan mudah memanfaatkan sisi ini untuk membuka peluang ke tengah. 

Thailand juga lebih cair dalam bertahan dengan menarik turun gelandang mereka yang banyak menjadi 8 di belakang dan segera berubah menjadi 4 atau 5 di depan ketika menyerang. Transformasinya cukup ringkas dari bertahan ke menyerang karena mereka tidak memakai fullback melainkan wingback yang salah satunya  diisi oleh Worrachit Kanitsribumphen (10) sebagai wingback terbaik.

Hal yang perlu diawasi adalah pergegerakan lentur mereka, apalagi saat menyerang, bisa 2 atau 3 orang sebagai second liner yang mengincar back pass atau back ball.

Idealnya sih begitu, bertahan-menyerang dengan lentur, tapi tidak semudah itu ferguso.  Hal ini membutuhkan latihan yang panjang untuk saling pengertian, sehingga tidak berantakan seperti gol yang di kreasi Tim Boy Squad Malaysia dimana hanya dengan 2v6, 2 orang Malaysia versus 6 Thailand, Malaysia bisa menjebol gawang Kawin yang didahului oleh umpan track ke tengah dari kapten Malaysia Bin Mahadi yang disambut Ahmad Asri.

Belakang yang banyak dan acak-acakan dari Thailand sangat mungkin menjadi lumbung gol penyerang tim Garuda yang tidak linear,  jika tak hendak dibilang, sombong amat!

Namun peran pemain jangkar gempal Thailand Benjamin Davies (17) memang membuat berbeda dengan Thailand masa silam, kini menjadi lebih modern. Pemain elegan ini berbahaya, karena bangunan serangannya yang kadang sederhana dan tidak terduga. Sayang pelatihnya kayaknya tidak memberikan kepercayaan lebih dari yang seharusnya sesuai kapasitasnya.

Secara keseluruhan saat Thailand melawan Malaysia dan melawan Laos, Thailand menampilkan pola yang berbeda di lapangan, sehingga sulit memprediksi apa strategi Polking dalam menghadapi Garuda Muda. 

Jadi kedua tim akan sangat bergantung kepada keadaan lapangan, dan perobahan taktik di lapangan akan menjadi ajang penentuan siapa yang lebih bisa memanfaatkan kelemahan.

Shin Tae Yong bisa menurunkan formasi rigid 4-3-3 lebih dahulu dan melihat kondisi berjalan untuk jika perlu merubah apakah akan memakai 2 As, yaitu 2M, Marc dan Marselino dengan formasi double pivot 4-2-3-1 (4-1-4-1) seperti yang sudah digunakannya selama ini.  Karena disini lebih terbuka juga kesempatan membuat kamuflase 2 pemalsu sembilan, yaitu Marselino dan Kambuaya. Ataupun sebaliknya. 

Penggunaan supersub untuk kebuntuan atau keadaan desperate, bisa dicoba Ronaldo Kwateh, karena sesungguhnya belia ini punya pergerakan kaki yang asing buat skala Asia, siapa tau?  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun