Thailand juga lebih cair dalam bertahan dengan menarik turun gelandang mereka yang banyak menjadi 8 di belakang dan segera berubah menjadi 4 atau 5 di depan ketika menyerang. Transformasinya cukup ringkas dari bertahan ke menyerang karena mereka tidak memakai fullback melainkan wingback yang salah satunya  diisi oleh Worrachit Kanitsribumphen (10) sebagai wingback terbaik.
Hal yang perlu diawasi adalah pergegerakan lentur mereka, apalagi saat menyerang, bisa 2 atau 3 orang sebagai second liner yang mengincar back pass atau back ball.
Idealnya sih begitu, bertahan-menyerang dengan lentur, tapi tidak semudah itu ferguso. Â Hal ini membutuhkan latihan yang panjang untuk saling pengertian, sehingga tidak berantakan seperti gol yang di kreasi Tim Boy Squad Malaysia dimana hanya dengan 2v6, 2 orang Malaysia versus 6 Thailand, Malaysia bisa menjebol gawang Kawin yang didahului oleh umpan track ke tengah dari kapten Malaysia Bin Mahadi yang disambut Ahmad Asri.
Belakang yang banyak dan acak-acakan dari Thailand sangat mungkin menjadi lumbung gol penyerang tim Garuda yang tidak linear, Â jika tak hendak dibilang, sombong amat!
Namun peran pemain jangkar gempal Thailand Benjamin Davies (17) memang membuat berbeda dengan Thailand masa silam, kini menjadi lebih modern. Pemain elegan ini berbahaya, karena bangunan serangannya yang kadang sederhana dan tidak terduga. Sayang pelatihnya kayaknya tidak memberikan kepercayaan lebih dari yang seharusnya sesuai kapasitasnya.
Secara keseluruhan saat Thailand melawan Malaysia dan melawan Laos, Thailand menampilkan pola yang berbeda di lapangan, sehingga sulit memprediksi apa strategi Polking dalam menghadapi Garuda Muda.Â
Jadi kedua tim akan sangat bergantung kepada keadaan lapangan, dan perobahan taktik di lapangan akan menjadi ajang penentuan siapa yang lebih bisa memanfaatkan kelemahan.
Shin Tae Yong bisa menurunkan formasi rigid 4-3-3 lebih dahulu dan melihat kondisi berjalan untuk jika perlu merubah apakah akan memakai 2 As, yaitu 2M, Marc dan Marselino dengan formasi double pivot 4-2-3-1 (4-1-4-1) seperti yang sudah digunakannya selama ini. Â Karena disini lebih terbuka juga kesempatan membuat kamuflase 2 pemalsu sembilan, yaitu Marselino dan Kambuaya. Ataupun sebaliknya.Â
Penggunaan supersub untuk kebuntuan atau keadaan desperate, bisa dicoba Ronaldo Kwateh, karena sesungguhnya belia ini punya pergerakan kaki yang asing buat skala Asia, siapa tau? Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H