Membuka pintu depan rumahnya yang dikunci dari luar lalu membersihkan diri di wastafel sebelum dia menyuapi istrinya yang makan dengan lahap. Dia sangat senang jika memandang istrinya makan mungkin juga karena disuapi sebagai tanda kasih sayang yang tidak pernah pudar, bukan hari kasih sayang yang hanya 1 tahun 1 kali.Â
Setandas nasi padang dia menyenduk teh hangat perlahan ke bibir istrinya lalu istrinya meneguknya meminta langsung mereguk dari gelas. Baru setelah urusan gegares ini tuntas, dia mengambil jatah setengah bungkusnya dan mengunyahnya perlahan layaknya mengikuti teori jumlah kunyahan minimum sebanyak 32 kali, makanya lelaki ini paling lama kalo sudah makan.Â
Tapi  ini dilakoninya dengan sabar, karena orang sabar itu kekasihnya Tuhan. Belum lagi jumlah giginya yang bisa dihitung dengan jumlah jari sebelah  tangan akibat kanker mulutnya, menambah perpanjangan waktu makan yang bisa 3 kali dari normalnya orang sepuh makan.
Dia menoleh kepada istrinya yang sedang merebah di atas kasur sambil memandang langit-langit kamar seakan penuh gambar, dan dia membiarkan mata istrinya berseri-seri seperti ada yang mengajaknya bergurau. Setelah selesai makan dengan waktu mengaret, dia bangkit dan mencuci segala perabotan kotor bekas makan, perlahan tanpa bersuara karena maklumlah sebagai lansiah more than sixties  gerak lengannya slow motion jika mencuci piring.
Sore hari menjelang, biasanya dia membaca, dari berita online atau situs dari hape jadulnya tapi sudah anderoit, kadang tapi jarang dia membuka kompasiana situs pujaan hatinya, namun hanya membaca judul-judul tulisan dan gambarnya, sesekali membaca artikelnya tapi nggak pernah tamat, mungkin dia kurang paham atau mungkin juga capedeh karena dia sudah terlalu usur dan ketinggalan generasi milenium apalagi genset.
Malam hari dimulai terkantuk-kantuk namun dia harus menyiapkan besok adalah hari operasi kankernya yang ke3, dia baru diberitahukan beberapa hari sebelumnya karena perkembangan baru sel-sel kankernya yang mulai tidak terkendali dan tidak mau berdamai.
Dia melihati istrinya yang tertidur dan kemudian ikut rebah di sisinya. Masih ada sedikit lagi yang tersisa. Pikirnya.