seusai laga, Guardiola mengklaim bahwa Manchester City memberi Liverpool 'kehidupan' dalam perburuan gelar dengan hasil imbang ini meski secara samar dia juga menyiratkan bahwa City tidak mampu membayar lebih banyak poin dalam laga tinggi ini.Â
Sementara Klopp tidak punya kata lain selain mengatakan bahwa Liverpool tidak akan berhenti mengejar.
Artinya, pada intinya kedua pelatih gahar ini akan menentukan posisi juara liga premier dengan menjatuhkan 7 pertandingan tersisa di kaki mereka.
Secara keseluruhan, pertandingan berjalan seperti kesebelasan advance yang memainkan sepakbola dasar yang tidak menarik, meski diselingi oleh blink-blink yang tetap menjadi signature kedua pelatih ini seperti pertarungan head to head Foden versus Alexander Arnold  dan MSalah versus Cancelo yang hanya terlihat berkedip karena terkubur oleh strategi kuno yang muncul di kepala di saat-saat genting.
Sepak bola pragmatis ini mau enggak mau akan menerbitkan pemanfaatan ruang tengah yang sempit, kedua tim bermain dengan permainan tinggi menyisakan ruang panjang antara penjaga gawang dengan lapangan tengah yang merupakan ruang kosong tempat kecepatan bertarung.
 Kreatifitas lapangan tengah praktis menjadi hampa karena ini bukan area yang dinginkan, area yang diperlukan adalah ruang kosong di belakang pertahanan yang lebar untuk beradu lari.Â
Seperti sepakbola anak anak atau minimal sma. Tidak ada kreasi di lini tengah kecuali mengambil atau menarik lawan guna menghambat laju sprinter atau pengumpan terobosan.Â
Sepakbola Inggris akan menjadi hembusan retorika konspirasi ketika dua pemeran puncak beradu laga dalam kondisi kedudukan poin sama dan mengambil keputusan draw guna memilih jalan lain yaitu melanjutkan liga melawan lawan-lawan selanjutnya yang lebih rendah untuk menjemput poin.
Dan malam tadi, 2 pelatih hebat itu telah memainkan sepakbola dengan umpan yang paling sederhana, dan hanya membiarkan mereka berlari, berburu, dan mencetak gol. Ini tidak mencerminkan 2 tim papan atas dengan kompetisi berimbang, bukan pula tim yang memiliki spirit lethal yang memadai selayaknya yang mereka miliki. Â
Ada seperti ketakutan masing-masing, mereka menjadi ciut dan mengingkari head to head yang semestinya mereka hadapi, mereka mematikan gaya lalu berpelukan dengan lega sehabis pertandingan, tidak buruk memang tetapi membosankan. Anda setuju enggak sih?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H