Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Puisi di Telepon

7 April 2022   17:59 Diperbarui: 7 April 2022   18:02 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image from pixabay.com

Pegang aku! Katanya. Maukah anda memelukku?
Sayapun memeluknya, merasakan sesuatu yang silam, yang pernah, yang belum berubah. Saya merasakan tubuh yang ramping, lengan yang kecil, pergelangan yang cantik. saya pernah berada disini. Saya memejamkan mata.

Henk tua. Maaf, maukah anda melepaskanku?
Maaf!

Lalu dia bangun dan menyalakan rokok, dia gemetaran. Mondar-mandir, tampak sedikit liar dan gila. Lalu tangannya yang kurus mulai memukuli saya sambil berteriak. Saya memegang pergelangan tangannya dan saya melihatnya melalui kedua mata birunya ada warna kebencian yang dalam seperti sudah berabad-abad.

Bukankah ini kamu yang dahulu? Saya mulai meyakini keraguan yang sudah sedari tadi muncul. Gadis itu menangis di atas meja saya membasahi kertas-kertas.
Saya merasa bersalah dan tidak berdaya dan merasa sakit. Seperti segala hal yang saya pelajari telah terbuang sia-sia. Saya merasa parah. 

Tidak ada mahluk yang hidup seburuk saya! Kata saya.
Kau harus menghentikan teleponmu! Aku tidak bisa pulang dan tidak bisa pergi Henk! Katanya.
Saya mendekapnya dan memperlihatkan kepadanya bahwa semua puisi yang saya tulis itu palsu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun