Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan Cantik Bertindik

26 Maret 2022   16:09 Diperbarui: 26 Maret 2022   16:13 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image from pixabay.com

Nama dia Clare, kami ada di satu bar bernama BarBar, Bar BarBar tertulis Bar BB. Dia masih terlalu muda mungkin 20 sedang saya 60, seperti anak bahkan cucu. Dia menghampiri dan duduk di sebelah saya, aromanya harum.

Minum? Saya menawarkan.
Mengapa tidak? Jawabnya.
Saya memesan minuman satu gelas, lalu satu lagi dan akhirnya saya memesan botol. Clare minum banyak dan saya pikir dia memalsukan IDnya. Akhirnya dia memperlambat tegukan, mungkin kepalanya puyeng, saya masih minum bir.

Kenapa kau tidak minum? Tanyanya. Saya mengangkat kaleng bir. Bir? Hah! Gadis itu tertawa.
Kau pendiam! Katanya. Saya senyum. Kau tidak mengatakan aku cantik? tambahnya. Kau sangat cantik, Clare! Jawab saya.
Tidak begitu juga. Hampir semua lelaki disini mendahului mengatakan aku cantik, dan kau tau?
Apa?
Aku bosan, mereka menggunakan kecantikan untuk mereka sendiri. Aku lebih suka berwajah buruk!

Saya masih meneguk bir kaleng di tangan. Tiba-tiba perempuan itu menunduk dan mengambil peniti dari dompetnya lalu menusukkannya ke kulit hidungnya, sehingga tampak darah mulai mengalir. Dia tertawa. Kau pikir sekarang, apakah aku masih juga cantik?
God Damn it! Saya mengumpat dan merasa ngeri dan segera mengambil serbet di meja dan menutup hidungnya lalu dia memegangnya.

Pengunjung di sekitar memandangi kami, dan bartender menghampiri. Perhatikan Young lady! Kau berulah lagi dan kau akan keluar! Kami tak memerlukan drama disini, mengerti?! Hentaknya.
F*ck you man! Clare berteriak.

Lebih baik anda menjaganya lurus, Bung! Kata Bartender kepada saya.
Dia akan baik-baik saja! kata saya.
Ini hidungku dan saya berhak berbuat sesuatu pada hidung saya! Kata Clare.
Tidak Clare. Kata saya. Itu menyakitkanku.
Maksudmu ini menyakitkamu jika aku menusuk hidungku?
Ya, itu menyakitkanku, sungguh!
Baiklah! Saya tidak akan melakukannya lagi. Sekarang senyumlah!
Dia mendekatkan wajahnya ke wajah saya dan mencium saya dengan masih menekan serbet berdarah di hidungnya.

Jam 11 malam kami meninggalkan Bar BB, dan dia meminta bersama ikut ke apartemen saya. Hidungnya sudah tidak berdarah lagi. Beberapa saat kami berbincang di sofa, dan saya mulai menemukan pribadi gadis ini, kami berbicara sederhana dan tidak rumit. Sehingga saya bisa menyimpulkan bahwa Clare seorang perempuan yang tidak seperti digunjingkan orang-orang. 

Dia polos, dia akan memberikan segalanya walau dia sendiri belum mengetahuinya persis, namun disaat yang sama dia bisa melompat berubah ke wilayah yang paling liar. Barangkali beberapa pria berusaha untuk menghancurkan spiritualnya dan hanya mengambil kecantikannya, dan saya harap itu bukan saya.

Sepanjang obrolan hingga jam melewati 12 dan kami pergi ke kamar tidur, dia membuka blusnya dan saya melihat bekas goresan luka panjang di lengan kirinya. Clare tidak menjelaskannya, tapi saya tahu itu cerita perjuangannya yang lebih banyak lagi memakan luka di hatinya. Dia menggerai rambut pirangnya dan membersihkan paras cantiknya dengan cleaner  yang diambil dari dompetnya.

Apakah kau mau malam ini atau di pagi hari? Tanyanya.
Di pagi hari! Kataku sambil memunggunginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun