Saya pergi ke pertemuan para penulis ngetop di suatu komunitas blogging yang sangat ternama, dan berdiskusi dengan beberapa pendekar tulis tingkat tinggi, beberapa profesor juga hadir yang tulisannya tidak bakal diragukan lagi. Beberapa tokoh 4L membacakan karya-karya mautnya di panggung yang sebelumnya diperkenalkan oleh admin yang tertutup masker.Â
Kami mendengarkan dengan tekun beberapa puisi quantum leap yang hebat dan beberapa tips and tricks cara menulis untuk mendapat voting mbludak. Saya ada diantara kerumunan, dan saya kurang mendengar karena atmosfer nggeremeng, saya hanya minum dan terus minum sehingga sedikit limbung, ketika seorang wanita pertengahan, cantik, Â dengan dandanan kultur yang tinggi mendekati saya.
Saya pikir anda Hank, bukan? Bibir indahnya berkata.
Ah, iya! Bagaimana anda mengetahuinya? Tanya saya.
Saya pernah membaca anda! Saya suka tulisan anda!
Ah! Maaf saya tidak mengenali anda?
Sarah! Perempuan hampir baya itu mengulurkan jemarinya dan saya mengambilnya.
Ya, saya Hank!
Lalu perempuan itu mengambil minuman dan mereguk dengan anggun, saya menatap paras kecantikannya yang masih memesona walaupun menjurus 50 sedang saya 60. Lady itu berbicara tentang tulis menulis dengan sikap yang sangat berbudaya. Namun saya kurang mendengar dongengnya, saya lebih fokus pada lagak gemulainya juga bodynya yang masih ketat.
Baiklah! Saya pikir anda harus ke rumah saya! Pintanya. Saya melihat arloji saya.
Saya tidak keberatan sama sekali! Kata saya. Lalu kami meninggalkan acara bermutu yang belum selesai itu pada jam 21:20.
Tiba di depan gedung dia mel kepada officer valet parking, dan tidak lama sebuah sedan mewah telah mendecit berhenti di muka kami.
Ayok! Dia memerintah sambil berlari kecil ke cockpit kemudi sedang saya duduk di sampingnya. Segera saja vehicle turbo itu menderu ngegas pol.
Kami tiba di depan gerbang besar rumahnya yang ternyata sangat besar, pintu gerbang besi impor yang tidak bisa di temukan di Indo. Kami memasuki pintu besar rumahnya dengan remote dan melangkah masuk ke ruang depannya yang luas.Â
Tampak 4 anaknya perempuan muda yang teramat cantik, mereka tersenyum dengan bibirnya dan juga matanya yang indah dan juga bodynya yang marvelous! Tapi kemudian mereka meninggalkan kami berdua.Â
Mama Sarah membimbing saya keruang tengah yang juga guede buanget dan saya dduduk di salah satu sofa besar nan lembut. Kami sebentar berbasa-basi lalu dia menyediakan minuman, dan kami berdua kembali melanjutkan minum.
Sarah mengambil satu buku berwarna emas dan menjelaskan bahwa ini ditulisnya beberapa tahun lalu dan sudah terbit dan terkenal di luar negri. Saya membukanya beberapa lembar, namun saya tidak concern karena saya kurang mudeng literatur luar negri. Lagian saya juga kepikiran gadis muda saya yang sedang menunggu saya di rumah besarnya di kota saya.
Tetapi Lady Sarah sungguh memikat dengan culturenya dan saya menikmati dan terus memandangnya merokok sigaret panjang dengan aktingnya yang memesona.
Kau bisa memakai kamar sendiri untuk bermalam! Katanya menawarkan.
Okeh, that's fine! Jawab saya sopan.
Lalu kami melanjutkan minum beberapa kali sampai sedikit nggliyeng, lalu dia bangkit dan membimbing saya ke kamar yang ditawarkannya kepada saya, sebuah kamar yang juga luas dan gemerlap berisi benda-benda impor.
Terima kasih! Kata saya. Okay! Selamat malam! Sahutnya berjalan pergi. Lalu saya membuka pakaian dan memyisakan underwear, menuju peraduan sebuah kasur yang maha lembut, memakai selimut dan mencoba memejam.Â
Tapi ternyata mata ini menentang, kerna sudah 60 menit saya tidak menguap. Akhirnya saya bangkit dan berjalan keluar kamar mencari kamar Lady Sarah, saya mendapati pintu kamarnya sedikit terbuka dan saya melangkah masuk, lalu naik ke atas tempat tidurnya.
Aku insomnia! Jelas saya. Dia menjawab sama. Lalu lengannya merengkuh tubuh saya dan saya membalasnya, lalu kami melakukan seperti  yang dilakukan pada umumnya, di setiap hari dan di setiap malam pada umumnya sampai kami tertidur di tepi pagi.
Keesokan paginya saya permisi untuk kembali ke kota saya, sebelumnya saya online ticket untuk terbang pulang menemui gadis saya di rumah besarnya.
***
2 minggu sesudahnya, saya dan gadis saya menerima 1 paket kiriman buku yang dikirimkan oleh Lady Sarah. Saya membukanya dan melihat satu bukunya yang pernah diperlihatkan kepada saya waktu itu. Sampul bukunya diberi signature "Love"Â dan terlampir pula sehelai surat yang memohon agar saya bisa menyampaikan bukunya ini ke editor saya di kota saya.
Saya lalu membaca bukunya dan saya tidak menyukainya, tetapi saya tetap mengirmkannya ke editor saya.
***
Kini setelah sebelas tahun berlalu, editor saya tidak juga memberi kabar untuk menerbitkan buku tersebut, kecuali satu yaitu cerpen yang saya tulis ini malah diterbitkan. Ya sudah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H