Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

'Overthinking' Shin Tae-yong Bisa Menguntungkan Tim 'Fashion' Singapura

24 Desember 2021   15:31 Diperbarui: 24 Desember 2021   15:36 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ikhsan Fandi mencetak gol penyeimbang kedudukan (AP Photo/Suhaimi Abdullah)

Di lini serang Singapura menurunkan 2 striker dingin yaitu striker menjulang, Iksan Fandi yang juga orang kedua dari trah legenda Fandi Ahmad, dan striker mungil berbahaya Faris Ramli, yang nanti akan ikut bergabung mengikuti jejak sodaranya Ikhsan Fandi di juara liga-1 Thailand, BG Pathum United.

Segala perubahan lapangan yang dilakukan Yoshida pada leg-1 ini, dipercaya sempat menggoyang lesatan Timnas Garuda di fase semi ini, meskipun di babak pertama The Lions tampak inferior di bawah tekanan dan keunggulan 1-0 Indonesia.
Namun di tepi akhir babak pertama, pelatih Singapura melakukan lagi perubahan taktis yang kelak menjadikan babak-2 menjadi milik Singapura. 

Kapten Harris Harun di posisi gelandang sayap  ditukar posisinya dengan bek kiri Zulfahmi, agar lebih pakem menahan daya gedor Asnawi Mangkualam. Selanjutnya di menit akhir babak-1, Zulfahmi digantikan M. Anumanthan, seorang gelandang lugas dan angkuh yang ternyata banyak memutus aliran garis tengah penyerangan dari Arhan dan Dewangga. Sehingga sejak perobahan ini Singapura bermain lebih proaktif dan berani menyerang.

Jika nanti, Yoshida memainkan perkara berani, dia akan melakukan pergeseran format kemarin dari 5-3-2 kepada formasi turunannya yang lebih menyerang yaitu 3-4-3. Dengan menaikan daya serang double forward Faris & Ikhsan, ditambah gelandang serang Shahdan Sulaiman sebagai striker ketiga. Ini juga mengingatkan di pertahanan, bahwa 3 bek stabil telah ditemukan dengan menarik kapten Harris Harun menjadi bek yang head to head dengan Asnawi.

Lalu bagaimana selayaknya taktikal Timnas meredam sepakbola textbook yang tenang dari The Lions? Seperti yang kerap dihembuskan pelatih Shin Tae-yong, bahwa faktor fisik adalah nomor satu, itu adalah memang suatu keniscayaan, khususnya bagi Timnas, yang staminanya lebih cepat drop dibanding pesaing satu kelasnya, khususnya lawannya kali ini, Singapura. 

Apalagi permainan berlari dan menekan tanpa henti akan boros bensin yang menjadikan kesulitan mengendalikan ruang lapangan. Jadi Indonesia harus bermain di intensitas serangan dengan melebihkan kualitas atau rekayasa serangan ketimbang kuantitasnya, demi memelihara kebugaran.

Namun sebagaimana biasanya, tidak ada yang bisa menduga formasi yang akan dikeluarkan pelatih Shin Tae, setelah saban laga menggunakan formasi yang selalu berbeda, kecuali di laga kemarin melawan Singapura, Shin Tae kembali mematok 5-4-1 sama seperti menghadapi Vietnam. Tapi kali ini lebih ofensif dengan merobah full back menjadi wing back pada Asnawi dan Arhan.

Meski kita menang formasi dengan 4v3 di lini tengah, tapi ternyata 3 gelandang Singapura sangat efektif melawan 4 Timnas di lini tengah, terutama melalui kaki Song Ui-yong dan Anumanthan. Bahkan Evan Dimas seperti terisolasi dan kesulitan untuk memberikan passing yang ofensif, sementara Kambuaya lebih stabil dengan stylenya yang liat.

Di sisi lain, pertahanan 3 bek kita menjadi terlihat lamban mengikuti gerak dan positioning Faris Ramli yang unpredictable. Fachrudin harus melepas gaya sweeper sebagai penyapu dan beralih menandai Faris, sementara Elkan Baggott sebenarnya cukup berhasil, banyak memotong bola Ikhsan Fandi.

Sebenernya saya kepingin banget Timnas memainkan double striker Ezra-Yudo atau Ezra -Dedik, sebagai alternatif kejenuhan poros Witan-Asnawi sekaligus menggertak 3 bek batu Singapura. Mungkin dengan dua penyerang, Indonesia bisa lebih memberikan overload dan meregangkan bek sejajar Singapura ini untuk membuat lubang.

Pelatih Shin Tae-yong juga harus membedah detail ketimbang overthinking menerbitkan formasi yang mencakup grand design seluruh tim. Ini enggak mungkin bahwa formasi desain sama dengan papan lapangan. Spot-spot kelemahan insitu harus segera ditangkap pada saat permainan berjalan untuk segara bisa di countermeasure, dengan penggantian person atau posisi. Memindah-mindahkan build-up, merelokasi bobot serangan dengan kondisi aktual jam pertandingan harus dijalankan, ketimbang memaksakan jalur Asnawi-Witan selalu di lateral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun