Setelah berbaris di kejauhan dan menjadi bayang-bayang buram di lapangan Vietnam, tiba-tiba Indonesia datang berjalan ke tengah lapangan seperti pangeran kegelapan untuk menaklukan sang macan. The Batman closed The Tiger.
Anak-anak senang dengan Batman, politik suka jebakan Betmen, saya berpikir yang lebih menyoal, yaitu Kuda Hitam.
Laga bola kemarin, saya pikir Garuda terlalu kejam kepada Harimau Malaya, daya rusak pemain Indonesia begitu dalam di lapangan rumput Kallang yang berkesan mengerikan.
Kapten negara Jiran Baddrol Bakhtiar terpana, mesin upstream di 2 gelandangnya seperti tak hendak menyala, dia hanya memandangi Ricky dan Rahmat di hadapannya yang mematikan dua starternya. Salah satunya Kogi, yang beruntung menembak bola yang tiba-tiba datang di kaki dan mencatat skor semenjana.
Tapi Kogi bukan skenario, Baddrol masih galau, hanya Hanapi satu-satunya pilihan di mesin sayap yang masih deras, tapi dia selalu tersendat ketika berpapas dengan kapten Asnawi.
Bagaimana Safawi? Dia seperti lelaki gontai, berjalan seorang diri, karena penanda Safawi begitu banyak dan batu, dari awal sampai ujung, sudah ada Witan, Arhan, sampai Dewangga. Safawi tak ada solo! teriak di hati Baddrol.
Sesekali orang senior rumput hijau itu menengok garis bertitik empat di belakangnya, belakang The Tiger meragukannya, padahal ada Cools dan Eldstal yang seperti pilar menjulang. Baddrol tak tampak seperti biasanya, sering menjadikan pertahanan lima dengan dirinya. Karena Irfan ada dimana-mana, Witan ada dimana-mana dan bomber Wailan membikin overload. Manakah yang harus ditandai?
Bola jala hanya soal waktu, karena kerusakan lapangan Malaysia sudah merambah ke kotak enambelas. Benar saja, pertama Irfan, kedua Irfan, ketiga sepak pisang Arhan dan keempat heading menawan Elkan.
Saya masih menaruh televisi menyaksikan usainya kedua bangsa serumpun bersalaman, tapi saya tak habis memikirkan daya rusak tim anak-anak lelaki Garuda di lapangan hijau Singapura. Malaysia bukan kesebelasan kaleng-kaleng, skenario terjelek seharusnya adalah jual beli serang, tapi kali ini Malaysia seperti kehilangan daya permainan.Â
Saya pikir Malaysia kalah bukan karena kehilangan kemampuan, melainkan kerusakan sistem, ini mengerikan, pemain-pemain Indonesia merusak papan gambar mereka.
Sebenarnya hal ini sudah mulai terasa terjadi di tim Vietnam, pertahanan grendel tim merah putih membuat pemain Naga kehilangan kreatifitas, menjadi cepat jenuh. Pesona gelandang Quang Hai dan striker Cong Phuong menjadi biasa dan sama dengan rata-rata pemain Vietnam lainnya.Â
Saya pikir Vietnam kala itu baru menyadari bahwa mereka bukan semata berhadapan dengan gerbang mati atau kereta api yang bisa di gocek, melainkan suatu saringan berlapis yang liat untuk masuk menusuk. Dan jaringan pertahanan kita tiba-tiba bisa membuyar saat bola bisa direbut untuk menyerang tajam dengan dua tiga langkah.
Ada rasa ketakutan skuat Vietnam terlihat lewat posesif bola yang dimainkan ketika Vietnam hanya memainkan bola rondo bolak-balik di 20 meter penalti tanpa satupun penetrasi yang terrekayasa.Â
Dari sini, Shin Tae-yong dan anak-anak Garuda, sudah mulai menebarkan ketakutan dalam permainan Vietnam yang menjadi monoton dan standard dengan daya rusaknya yang perlahan.
Bagaimana menghadapi laga semifinal?
Mungkin berada di semifinal lebih berat ketimbang bermain melawan Singapura, kerna hanya sepintu menuju final. Lain halnya jika sudah berada di final, pasti segala beban sudah menghilang.
Indonesia itu kuda hitam dan Singapura itu underdog, begitu pressing media di AFF2020 ini. Pelatih The Lions, Yoshida mengatakan pasca kekalahan 0-2 dari kelas B tim Thailand yang penuh tekanan.
'Meski kalah dari second string Thailand, tim kami melakukannya dengan baik tetapi bisa lebih fokus pada detail kecil yang berurusan dengan serangan balik, kualitas umpan silang dan kualitas bola terobosan'
'Saya pikir, sepakbola Singapura sedang dalam perjalanan untuk meningkatkan.. Ini pertama kalinya kami selama 9 tahun (sejak 2012) pergi ke semifinal'
The Lions telah memastikan tempat mereka di semifinal dengan kemenangan melawan Myanmar (3-0) dan Filipina (2-1) serta mengalahkan Timor-Leste 2-0.
Saya pikir skuat Singapura bermain dengan hormat, polos dan gentle. Dimulai oleh bek sayap Shakir Hamzah Singapura kerap menahan dan menandai build up. Sayang wing back ini harus rehat cedera saat bebenturan dengan  striker Thitiphan.
Pemain bercatatan adalah Shawal Anuar yang memiliki tembakan baik disamping striker trah Fandi Ahmad, Irfan Fandi.
The Lions dan Coach Yoshida telah memenuhi persyaratan minimum mencapai sebuah semifinal dengan peringkat underdog. Selain kepikiran pengganti bek kiri Shakir yang shutdown, saya pikir Yoshida tetap akan memainkan empat atau lima bek dan meletakkan pengganti Shakir, untuk pertandingan kontra Indonesia.
Pendulum Harun di tengah mungkin perlu di restruktur, sedang penyerangan  perlu papan baru mengingat Arhan dan Asnawi yang mortal.
Jadi ada dua teka-teki pada laga 'turis' Indonesia vs Singapura, formasi apakah yang akan digambar di lapangan. Tapi yang ditunggu-tunggu adalah formasi Shin Tae-yong, yang bisa lebih sederhana namun lebih merusak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H