Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Skor Adil 2-2 di Laga yang Tidak Adil, Manchester City Menyuguhkan Karakteristiknya

4 Oktober 2021   19:53 Diperbarui: 4 Oktober 2021   20:19 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foden dirubuhkan oleh Milner. Foto: Michael Regan/Getty Images

Manchester City menggotong 94 menit waktu lapangan di pundaknya dengan karakter penuh.  Anak-anak 'Bold' Pep sama sekali tidak melepas fokus permainan bola warga kota ini.

Adalah di menit ke-31 yang penuh tantangan bagi bek sayap Liverpool James Milner, ketika dia harus dua kali merenggut kecepatan Phil Foden. Pertama menjelang garis penalti dimana untuk keduanya yang lebih keras sehingga merubuhkan sayap muda The Three Lions  selewat garis penalti. Serta merta aroma penalti merebak.

Guardiola bangkit lalu meradang ketika wasit Paul Tierney berkata bukan! Ada firasat pemeriksaan VAR, tapi semenit berlalu hanya bisikan angin lapangan Anfield saja. Pep mengangkat tinggi kedua lengan dan menurunkan ke kepalanya yang plontos, dia berbalik cepat dan membanting tubuh dan kemarahan ke kursi benchnya.

Ada tiupan kartu merah juga kepada James Milner sekira mengintip, saat tampak Foden sebagai tubuh terakhir di pertahanan Liverpool, tapi itu juga ilusi. Menariknya, pasukan warga kota seperti tak berkedip terhadap kemarahan pelatih hebatnya, mereka hanya bermain, terlebih Foden setelah mengabadikan protesnya dengan elegan.

"Saya adalah seorang anak yang tulus, saya tak memerlukan jatuh saat saya dilanggar. Saya berusaha tetap berdiri di kaki saya. Saya mau tau wasit memberikan tendangan mati atau penalti, namun apapun yang terjadi, itulah sepakbola dan kami berurusan dengannya selama ini demikian baiknya." Ketika pemuda ini ketika dipaksa berkomentar perihal kejatuhannya di rumput hijau The Reds, sehabis laga lelahnya.

Timbangan wasit pun kembali dirasakan tidak rata, ketika di menit ke-73, Bernardo yang  tak terbendung menyeruak diantara belakang kanan pertahanan Liverpool, sehingga harus dibenturkan oleh rentangan palang kaki kiri Milner yang lalu  menjungkalkannya. 

Tapi kartu kuning kedua untuk mengusir Milner setelah kuning pertama kepada Foden, tidak kunjung terangkat. Kembali kedua Pep Gurdiola berang, matanya menyala ketika curhat ke asisten Mike Dean di sisinya.

Akhirnya Manchester City harus membawa pulang skor seri, di lapangan tuan merah, dengan permainan klasiknya melawan keuntungan tuan rumah dan duo MoSalah-Mane, yang lebih berat ketimbang menghadapi tim Liverpool.

Turun dengan formasi 4-1-2-3, yang sama dengan lawan main, manajer gundul Guardiola bermain hormat di babak pertama, terlalu manis dan tidak kejam. Mungkin karena terpengaruh penghormatan mereka setelah mengalahkan Chelsea minggu lalu sebagai sesama grup pemeringkat atas premier league. 

Metoda mengalahkan secara elegan tercermin di babak pertama saat City menjalankan operan-operan aman sebagai ball possession, sehingga pergerakan tiga penyerang Jesus-Foden-Grealish menjadi standar. Sayang, padahal Liverpool terlihat lebih banyak bertahan, bahkan gelandang kuat Henderson terlihat mengambil jarak lebih ke belakang. 

Ketika Bernardo Silva berpindah posisi ke kiri, bertukar dengan Kevin de Bruyne, dia lalu menjadi seorang yang bisa mencacah lini tengah dan belakang Liverpool dengan gerakan sulapnya. Ini yang membuat irisan Liverpool terpisah menjadi dua saja, yaitu belakang dan depan, Liverpool menjadi seperti tanpa lapangan tengah. 

Virgil- Robertson dan Henderson-Fabinho sudah menjadi seperti larutan yang bercampur di  dapur belakang Liverpool, sehingga Liverpool seperti terpaksa hanya memainkan bola panjang ke depan sebagai serangan yang kuno. 

Situasi ini tidak bisa dimanfaatkan maksimal oleh City, hanya jalur Bernardo-Foden di kiri yang optimal, sementara jalur tengah, Grealish dan kanan, Jesus, hanya berkedip. De Bruyne sebagai lapis sembilan palsu kedua, malah lebih berhasil  dan banyak mengejutkan kiper Alisson. 

Bagaimana Grealish? Rupanya dia berada di balik pohon false nine. Oh no, Pep? Grealish selama ini, kita ketahui bersinar di sebelah kiri. Tapi inilah Guardiola dengan over thinkingnya, Grealish ternyata tidak jelek-jelek amat di posisi seputaran kepala Pep, dia terlihat berkembang dengan posisi beragam dan progressnya pun positif. Meskipun dikeluarkan di menit 73, Grealish dipercaya bakal menjadi pemain yang lengkap dalam beberapa waktu ke depan.

Mungkin sudah 'habit' seorang Pep, yang berkomentar menyesali pertandingan yang sudah lewat, ketika di babak pertama permainan intimidasi City banyak nyaris membuat gol, seperti peluang tembakan Foden dan sundulan De bruyne yang bagus. Pep tidak juga mengejamkan pasukan tanpa striker ini. 

Baru di babak kedua setelah dua kali tertinggal, Pep mengembalikan Liverpool ke poolnya, dengan memisahkan MoSalah-Mane untuk menambal kebocoran yang lebih parah dengan peran pemenuhan Rodri. Selanjutnya Pep hanya menunggu gol dari Foden dan De Bruyne dari kiri dan tengahnya.

Bisa sebagai catatan, bahwa dari pertarungan melawan Liverpool ini, di awal EPL ini, banyak yang diperoleh Pep Guardiola bagi progres The Citizens disamping hasil draw 2-2 yang adil ditengah "ketidakadilan" keputusan, bukan hanya hasil skor yang diperoleh tapi  juga keteguhan karakter punggawa City dan keterampilan lintas posisi pemain terhadap  metoda permainan City yang dinamis dan penuh kejutan dan tidak akan sama di setiap pertandingannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun