Penunjukan Olmo yang telah mencapai titik 'fatigue' dan Morata yang telah melewati passion haus gol nya sehabis menit pertandingan usai, adalah keputusan 'aneh' dari Enrique. Sama sekali tidak terlihat margin dalam putaran penalti yang kejam ini.
Momen Italia sendiri, tergambar dari adrenalin memantul lewat serangan balik Azzurri, seakan menyiratkan peringatan bahwa mereka bukan semata pemarkir bus tapi memiliki seorang Federico Chiesa,dengan gerakan tidak sinkron untuk membuat kengerian dapur Spanyol.Â
Wajah ramahnya tidak menyiratkan bahwa dalam gerakannya Chiesa adalah predator dengan pisau cukurnya yang menyayat ruang kecil untuk menerbangkan tendangan keras ke jala, seperti skor 1-0 yang dibukukannya. Selebihnya Itaila kembali ke dalam pola bermain ortodoks di belakang berirama Jorginho sebagi konduktor yang berdiri di depan ruang parkir yang penuh.
Alvaro Morata membalasnya setelah menunggu 10 menit subtitusinya, karena dia sudah melihat lengkungannya bersama Dani Olmo. Spanyol mencapai tepi puncaknya ketika Morata hanya menggeser bola satu-dua selipan dari Olmo untuk mengecoh Donnarumma, dan memperpanjang waktu pertandingan. Spanyol pun memulai perpanjangan waktu dengan pergerakan lelah namun masih menekan Italia yang menatap sirkus penalti.
Sebelum penalti ditendang, aroma kejayaan penalti Italia sudah tercium. Tatapan datar dan senyum bayangan Mancini adalah benak yang tak tergoyahkan dari upaya untuk menggulingkan Inggris atau Denmark di ujung lorong.
Pada malam yang mencekam di bawah kesuraman langit musim panas London, terekam untuk beberapa saat seolah-olah Italia asuhan Roberto Mancini mungkin telah mencapai jalan mendua yang kembali menyatu ke asalnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI