Aku menerawang tentang Sofia, perempuan terakhir dalam urutan ketiga yang mampir di cintaku. Menggoda di tengah perjalanan asmaraku dengan dia, perempuan dihadapanku ini. Ku pikir seperti musim yang berganti ketika Sofia menjadi pudar.
Sama halnya dengan pertama dan kedua wanita setelah perempuan ini, yang seperti teman lama yang baru membuka cinta yang semusim pun reda. Tiga kali, seingatku, aku telah mendua hati perempuan jeruk di  depan wajahku ini.
Kamu melamun? Tiba-tiba dia bertanya memotong kenangan cinta-cinta  tersembunyi semusimku.
Mmm.. Kamu?
Dia tersenyum memberikan kembali potongan orange kedua untuk kedua bibirku, aku menatap putih pesona wajahnya. Dia nampak tak acuh menggerakkan mulutnya mengunyah jeruk semanis yang pernah terlihat.
Membikinku berpindah melawan kenanganku yang berseberangan dengannya. Iya, aku sangat ingat si Joni, pemuda yang menyerahkan bahu kekarnya sebagai bantal rambut bleach perempuan ini. Tentu saja ada cemburu meski saat itu aku juga bergandeng tangan dengan Sofia. Tapi Joni bukan yang pertama bukan? Ketiga kah? Ah! Pasti dia, perempuan ini, mendua lelaki sampai tiga kali. Lalu aku?
Kau sedang apa? Aku bertanya tiba-tiba untuk memotong dari lawan kenanganku yang kupikir norak.
Membungkus!
Mata indahnya menatapku. Tangan langsingnya membungkus pecahan kulit orange kedalam kantung kertas.
Membungkus?
Iya! Aku membungkus kenangan! Jawabnya pelan.
Lalu aku lebih merapat dan mengambil tangannya ke tanganku dan membiarkan senja yang masih muda turun tak kentara. Ku pikir adalah baik untuk mencintai lagi. Menelusuri hati yang menetes dan tertusuk dan syair-syair sedih yang sudah lewat dan terpeleset. Ku kira sedikit lebih baik meskipun juga sedikit lebih buruk.
Cinta yang berimbang itu tidak juga lebih baik! Ucapku tepat di tirus wajahnya. Dia menatapku lurus dan mengangguk setuju bersama gerai rambut bleach indahnya.
Salah satu dari kita harus lebih mencintai! Kataku
Ya. Salah satu dari kita akan mencintai lebih sedikit! Sahutnya lembut.
Lalu kami pun berciuman. Dengan awan sore di atas kami, awan yang seperti menceritakan pengalaman bahwa cinta yang setara itu tidak memberikan kelebihan atau menerima kekurangan, sehingga membosankan karena salah satu tak mempertahankan.