Saya tak mengira ketika dengan sedikit malas menonton laga Wales kontra Turki yang banyak berbicara tentang kesebelasan pinggiran. Tapi ternyata pertandingan ini indah, berbeda jauh dengan pertandingan yang lain yang penuh ketegangan dengan segunung ambisi.
Menonton Wales bermain bola seperti menikmati sepotong kue warna lapis gula yang lezat. Jersey tandang yellow canary dipadu hunter green adalah yang terkeren dan paling hype diantara kontestan lain. Fashionable, Wales bermain bagai di atas catwalk. Gareth Bale si kapten yang eksentrik lebih berlenggang ketimbang sprint di lapangan, mengatur rinci pengikut mudanya dengan lembut namun penuh kerangka yang mematikan.Â
Seakan Bale memberikan sihir akan lahirnya sebuah pertunjukan sepakbola  natural tanpa dipenuh diksi drama. Gareth Bale adalah seorang seniman sepakbola, saat hatinya berhasrat, dia akan membuat gol dengan mudah seperti menggambar . Lihat saja saat Wales memenangkan sepak pojok yang mereka ambil.Â
Bale hanya berdiri selangkah kaki dari Harry Wilson si penendang, menerima bola, berputar ke arah dalam yang sangat tidak biasa, Â berlari ke byline mengelak dua penahan Turki (10 dan 25), sementara Connor Roberts bergerak sejajar berjarak hanya dua setengah meter, menerima bola tarik dari Bale saat mendekat gawang untuk membuat skor kedua.
Bale yang jenaka selalu punya cara yang tidak biasa, bergaya 'HellBoy', mengambil tendangan penalti yang sangat keras dan sangat tinggi, sampai bola tak pernah kembali.
Makanya jika enggak kepingin dahi berkerut menyaksikan Euro 2020, tonton saja setiap pertandingan Wales. Menyenangkan, kocak, lembut dan mematikan. Pergerakan, terlebih dalam proses pembuatan gol, seperti sudah digambar, begitu gamblang seperti gambar anak-anak. Bermain ala Wales bikin ngiler.
Kapan kita bisa memainkan sepakbola senikmat Bale dan Wales?
Tidak ada akrobat atau adegan spektakuler, hanya tarian polos anak-anak yang lucu dan dipenuhi canda. Wales itu gembira, memulai permainan adalah sebagaimana adanya permainan ketimbang pertandingan. Seperti anak-anak kecil bermain bola dan merencanakan kemenangan polos. Â Sehingga banyak terlihat kesempatan-kesempatan yang mewah saat membuat gol dari umpan Gareth Bale yang dibuat khusus handmade.
Ditengah mayoritas penduduk lokal Azerbaijan yang mendukung  Turki sebagai sekutu terdekat mereka yang menuliskan spanduk "Tek millet iki devlet" -- satu bangsa, dua negara- dengan bentangan bendera Azerbaijan dan bendera Turki.  Sangat memberikan atmosfer yang eksotik ketika pendukung Wales yang romantis yang duduk di kantung kecil Stadion Olimpiade Baku, berubah menjadi menjadi paduan suara melagukan "Don't Take Me Home", lagu kebangsaan sang nomaden Wales, yang menjadi pelengkap bahwa pasukan Wales adalah pekerja sepak seni rumahan.Â
Lekat terikat penuh dengan rasa senang. Jangan bawa kami pulang! Â Dan permainan Euro 2020 ini adalah perjalanan mimpi bocah petualang yang jauh ke dalam Kejuaraan Eropa dari sebuah perjalanan anak-anak yang memiliki potret kebersamaan dalam kamp mereka.
Sedemikian terjadi saat pertandingan usai, Bale mengabaikan kesalahannya dan memberitahu rekan satu timnya bahwa ini hanyalah awal dari perjalanan mereka, sementara Ramsey menyongsong para pemain penganti sehabis mencetak gol, dan Ethan Ampadu belia 20 tahun yang menunjuk kepalanya untuk tim bermain dengan berpikir terang: Segalanya menawarkan sebuah gambar tentang kebersamaan keluarga.