Maka bisa jadi pertandingan akan  lebih menarik, ataupun sang kapten ManCity, Kevin De Bruyne bisa bangkit lagi dari tandukan kepala "the big" Rudiger di menit panjang ke-59.
Begitulah, pada akhirnya memang kemenangan adalah tetap kemenangan, cuma  kemenangan "anti foot-ball' adalah kemenangan yang menyedihkan ketika sepak bola modern yang menggairahkan, yang telah berjalan di depan harus 'turn-back' lalu menjadi kuno.
Dan yang lebih menyedihkan adalah menyaksikan coach Tuchel begitu bersemangat mengajak "The Blues Fans" memberikan tepukan gemuruh kepada kehebatan door-lock anti-football tim nya.
Chelsea adalah kampiun, dan Tuchel menang, ManCity finalis yang kalah, dan Guardiola pun kalah bersama kekalahan dari kualitas UCL itu sendiri.
Namun lepas dari kekalahan dalam final UCL ini, City dan Pep tetap konsisten dengan sepakbola "post-mo" yang tetap menjadi "bench-mark" harga diri dan "pride" untuk menjaga marwah sepakbola modern yang menggairahkan sebagai suatu tontonan bukan melulu kemenangan buta.
Dari review tanding ini, Chelsea memang bertahan seperti iblis untuk memadamkan Manchester City. Formasi Pep dalam "start eleven" adalah skenario rumit tanpa playmaker Rodri ataupun Fernandinho yang mengisyaratkan bahwa line-up yang sarat dengan gelandang serang dan pemain sayap.Â
Dimana gelandang berdampingan sedekat dengan penyerang, seperti Phil Foden-Kevin De Bruyne dan Bernardo Silva-Ilkay Gudongan, Â yang notabene untuk menguatkan daya gedor lini tengah.Â
Masih di bantu pula oleh Oleksandr Zinchenko bek sayap kiri yang rajin, yang banyak beropersi ke tengah. Sementara Mahrez dan Raheem Sterling memaku "flank" kanan dan kiri untuk menjaga peregangan sayap depan. Â
Base line pertahanan yang tinggi, rupanya masih menjadi kegalauan Pep dalam menghadapi sebuah serangan balik sosok sekelas Kai Havertz yang cepat dan halus menyelinap diantara biru langit.Â
Saat Josep rumit dengan parkir bus Tuchel, gol mudah terjadi dari langkah yang sederhana yang dimulai dari ujung ke ujung dengan ringkas. Bola dari kiper Chelsea Edouard Mendy-Chilwell-Mount-Havertz, terlambat disongsong Diaz sementara kiper Ederson, tanpa hasil maju jauh memperkecil sudut Havertz.
Itu saja yang menarik dari Chelsea, selebihnya pertahanan yang putus asa dan penyerangan City yang putus asa. Terakhir adalah rasa sakit Guardiola City dan penderitaan dari harapan tinggi kepada final Liga Champions UEFA itu sendiri.