Malam siang penuh mengalir ketika kosong bermula
Aroma masak plus langkah di setengah tanah
Asapnya memilih diantara hitam jeruji mentari
Pakaian lama tujuhpuluan dalam bingkai
Daun yang merebah dari pohon sederhana
Melalui pintu kayu dapur yang menganga
Lalu lalang tak terbilang setiap sehari-hari hingga sunyi
Membuahkan bayang-bayang dari gelap
terang dan gelap
Rasa berjalan seolah-olah hanya berputar kembali ke
Daun yang tersapu yang tetap daun yang jatuh lagi
Terbungkus menggelembung dalam plastik
Daun menjadi daun di ruang tidur terakhirnya kembali
Tak ada yang terpotong semua matahari berjalan semestinya
Pakaian-pakaian sekolah di ketinggian membawakan beku
Saat menuruni jalan basah melenakan sampai tak terbilang rasa ketika tiba di lebih rasa
Lalu hangat
Meskipun bukan tempat menyimpan cuaca namun selalu mudah diramalkan
Almanak terus terasa berganti-ganti tak pernah sama
Walaupun tak tersobek lembarannya
Itu semua ada di paling pinggir sehingga mudah nian tergelincir
tak pernah tersimpan ke dalam hingga mencapai lupa
Jadinya tak pernah tertulis sehingga tak mungkin terbaca
Itu terbuka dan terus menyeruak kadang deras kadang pelan
Itu bukan soal
Meski itu pernik atau bahkan perhiasan utama
Tidak menjadikannya lebih baik
Sama saja, sama-sama mengoyak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H