Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kucing dan Nasihat

3 Maret 2021   09:18 Diperbarui: 3 Maret 2021   09:34 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia jantan dan berwarna kuning, merupakan turunan kelima dari si Emak, wajahnya mirip keledai dengan hidungnya yang besar. Dia satu-satunya pria  yang 'survive' dari tiga yang dilahirkan Emak. Melewati masa kecilnya dengan banyak bermain dengan kunci yang menggantung di pintu depan rumah, makanya dia dipanggil si Kunci. Saban melangkah ke beranda mata bundarnya menyipit hanya untuk meloncat dan menangkap kunci yang tergantung, enggak peduli dengan makanan tablet atau daging ayam yang di sajikan.  

Hari-hari di dunia indah adalah anak kucing, mengibaskan ekor dan bermain seperti tak mengenal kegembiraan lain tanpa tujuan duniawi, berjudi di sepanjang hari kehidupan.

Dari sekitar sepuluh kucing kampung yang berkeliaran, Kunci memang yang paling keren, bersih dari semua yang memang enggak pernah mandi. Dia lahir saat pandemi dimulai berarti sekarang umurnya sudah satu tahun, menjelma menjadi pemuda gagah, dengan badannya yang bongsor dan wajah yang tampan. 

Segera saja dia berbeda penampilan dengan kucing lain atau adik adiknya yang relatif bluwek. (Oh iya, ada satu adik beda lahir berwarna belang tiga berkelamin wanita, dia juga indah, bersih dan perempuan banget, sayang si Belang bunting melulu nurun dari si Emak.)  

Pertumbuhan yang menarik adalah ketika Kunci beranjak remaja, hampir saban pagi tubuhnya bertiarap merata rumput. Dia menunggu burung pagi yang bertengkar di pepohonan, seperti hapal salah satu burung kecil yang lengah bakal merendah. Dia terkekeh, mendatar dan merangkak . Rahangnya bergerak, giginya berkedut dan matanya membulat besar.  

Diam tanpa nafas lalu melompat sonder berdiri saat burung kecil terbang merendah. Hap! Kedua tangan mencakar penuh menancap ke mahluk kecil bersayap itu dengan taring yang sudah berliur ganti membekapnya tanpa jeda. Satu burung pagi telah menyerahkan hidupnya kepada predatornya, selanjutnya hanya sisa sayap kering yang  terbaring diatas rumput di siang mentari.

Kunci tidak selalu bisa melahap burung kecil, banyak kegagalan dibanding keberuntungan, kerna burung berkaki dua dan berjari delapan, namun dalam penerbangannya burung  memiliki seratus jari yang jauh lebih cepat melompat dari lompatannya. Namun Kunci remaja tak pernah kecewa, kala itu dunianya hanya bermain, meski mulut gagalnya menyisakan liur  mangsa yang tak terpuaskan.

Hari berganti membuat kehidupan lebih bertanggung jawab, Kunci tumbuh menjadi pemuda ganteng dengan kepribadian yang mulai menciri. Kita semua menyukai pertumbuhannya, dan memang sejak lama kita menyediakan makanan tablet bagi gerombolan kucing di sekitar. Hanya beberapa yang doyan pelet, sebagian besar sukanya ikan atau ayam, mungkin lidah Indonesia. Tapi Kunci  paling menyukai pelet, makanya tubuhnya gempal. Namun bulunya selalu cemerlang walau langka tersentuh air. Sekali pernah dimandikan air keran oleh bujang lapuk tetangga seberang rumah, semua badannya di gosok memakai sabun colek, tapi keesokan harinya dia tampak lesu. Ketika saya angkat terasa badannya panas, dan mengalami demam selama tiga hari, selama itu dia kehilangan gairah, kelihatan wajahnya marah menyiratkan protes kenapa dia dimandikan.

Sejak menjadi meong dewasa, Kunci sudah kehilangan dunia bermainnya, dia mulai terikat tradisi kucing  lelaki dewasa dengan beban di pundaknya.  Dia harus menjalani hidup yang diatur oleh pandangan dunia yang lebih terlarang dan tidak menyenangkan. Kucing dewasa kehilangan kemampuannya untuk menikmati  hal-hal kecil yang menjadi tanda kehilangan kepolosan masa kecilnya. Dia menjadi jaim, mengendus-ngendus kucing perempuan yang mengeluarkan bau birahi, diam bersebelahan layaknya 'bodyguard'. Kalo  sudah seperti itu, tak ada gunanya memanggil apalagi mengelusnya. Dia bodo amat.  

Dilain hal ada juga persaingan kucing jantan  yang mewarnai. Kunci kadang tarung dengan kucing jantan senior lain untuk menyatakan jati diri kekuasaan.  Satu kucing jagoan milik tetangga sebagai penguasa dan pelindung para kucing perempuan. Sebut saja si Abang Jago, yang sering kita panggil  si 'Warok', kerna semua kucing jantan dewasa ngeper akan kepremanannya. 

Kunci termasuk kecut menghadapi Warok, kepalanya selalu menoleh kekiri-kekanan gelisah jika Warok sedang patroli. Kemarin malam mereka tarung dan keesokan paginya si Kunci berjalan pincang. Enggak seperti biasanya, saat di panggil dia malas merespon, saat di kasih pelet juga tidak dimakan. 

Wajahnya kelihatan marah mau mengatakan kenapa saya enggak dibelain sih? Dua hari dia membisu dan puasa, namun setelahnya kembali biasa. Jalannyapun tidak lagi dengklong, yang setelah saya cek kaki kirinya ada cuil sedikit di brakot si Warok. Sayapun menasehati kucing kampung kesayangan ini, untuk jangan takut melawan Warok. Saya bilang itu hanya politik, dia dungu kerna hanya koar-koar sebagai kucing liar, tanpa kontribusi untuk lingkungan kita. Kucing bernama Kunci itu menatap saya. Semoga dia memahami.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun