Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dongeng: Menangkap Air

23 Februari 2021   08:53 Diperbarui: 23 Februari 2021   09:06 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mama terkejut ketika membuka jendela mendapati seorang nenek mengapung  diatas sebuah gedebog pisang. Terlihat lincah dipermukaan air banjir dan sigap melompati pagar teras lantai dua, lalu menyeruak masuk melalui jendela.

"Nenek ini siapa??" Tanya mama. "Hihihi.. jangan panggil aku nenek, aku bukan nenek gerandong atau nenek gayung. Panggil aku Neli.. Hihihi..." Nenek tertawa geli. "Apakah maksud kedatangan nenek ditengah banjir ini?". "Aku mau mengobati cucuku..hihihi". "Siapa?". "Cucuku Inka, kelihatannya dia mengalami trauma banjir parah..hihihi..". "Betul, Neli.." Jawab mama seperti tersihir.

Lalu sang nenek mendekati ranjang Inka dan membelai keningnya yang membuat Inka tersadar. "Nenek.. Inka takut.."." Tenanglah, nenek akan menyembuhkanmu". 

Lalu nenek mengeluarkan sebuah botol kaca dari balik baju 'longdress' nya. "Turunlah ke bawah dan isilah botol ini dengan air banjir itu!" nenek memerintah kepada mama sambil menyorongkan botol beling itu. Bagai dicucuk kerbau mama berlari menuruni tangga dan mengisikan botol dengan air banjir dan menyerahkannya kepada nenek.

Kemudian nenek merangkul tubuh Inka duduk di pelukannya, sambil memperlihatkan botol berisi air banjir itu dan memberi petuah.

"Lihatlah, kau tak perlu takut lagi kepada segala penghuni banjir ini. Airnya sudah kita tangkap.. Hihihi..".

Inka mengangguk tersenyum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun